Jurus pamungkas



sumber : www.kaskus.com / www.google.com

Jurus sabandar



sumber : www.kaskus.com / www.google.com

Buka puasa Bersama







Acara buka puasa bersama di unit SMK JAKARTA 1 , 14 September 2008 . Dihadiri oleh Unit - Unit yang lain . Selain itu juga di hadiri oleh Ketua Komwil PPS.Satria Muda Idonesia Bp. H.Muzwar Hamidy.SH serta para senior seperti : koko , Apri , Yonpi , Agus , Agam , Dedi Jenggot , Dedi kumis ,David , Jaelani , Didi dan masih banyak lagi . Semoga kegiatan kali ini dapat mempererat ikatan silahturahmi antar anggota pesilat . ( koko fhu / sept / 2008 )

Buka puasa bersama


Sabtu,06 sept 2008
Pukul 16.30 wib terlihat para pesilat satria muda indonesia sedang berlatih pencak silat.benarkah? bukankah saat ini sedang bulan ramadhan.bulan dimana seorang muslim yang bertaqwa diwajibkan berpuasa.apakah para pesilat ini tidak melaksanakan puasa ramadhan.
ternyata tidak sobat, mereka semua menjalankan puasa ramadhan juga dan rencana nya setelah berlatih silat akan diadakan buka puasa bersama lalul di lanjutkan dengan tausiah ramadhan.

pukul 17.30 wib tepat , pelatihan ditutup.para pesilat segera membersihkan diri lalu bergegas menyiapkan acara berbuka.selang 15 menit persiapan berbuka pun telah terhidang.sambil menunggu adzan maghrib tausiah ramadhan pun dimulai.
Dengan penuh hikmat para pesilat mendengarkan tausiah.sesaat kemudian terdengar adzan maghrib, buka puasa pun berlangsung dengan ceria.seperti janji Allah SWT bahwa orang yang berpuasa mendapat dua kebahagiaan yaitu, ketika berbuka dan ketika kelah berjumpa dengan tuhan-NYA.
Demikian lah liputan kegiatan buka puasa bersama yang diadakan oleh PPS.Satria Muda Indonesia.Semoga terdapat keberkahan yang dilimpahkan oleh Yang Maha Kuasa. Amin ( koko_fhu/smionline/08 )

SMI Jak - Bar

Bagi teman - teman yang berminat berlatih pencak silat di PPS.SATRIA MUDA INDONESIA dapat langsung datang ke unit pelatihan yang ada di Jakarta Barat. Berikut ini adalah tempat diadakannya pelatihan silat PPS.SMI :

PPS.SATRIA MUDA INDONESIA

KOMISARIAT WILAYAH JAKARTA BARAT

JADWAL PELATIHAN

1.Gedung Olah Raga Kecamatan Kalideres

Hari : Minggu

Pukul : 10.00 s/d 14.00 WIB

2. SMK JAKARTA SATU ( JAKSA )

Hari : Selasa dan Sabtu

Pukul : 16.00 s/d 18.00 WIB

3. SMK SATU CENGKARENG ( SACENK )

Hari : Rabu dan Jum’at

Pukul : 18.00 s/d 20.00 WIB

4.SMU NEGERI 94

Hari : Selasa dan Jum’at

Pukul : 16.00 s/d 18.00 WIB

PPS.SMI BUKA UNIT BARU


Alhamdulilah, setelah sekian lama pps.satria muda indonesia terasa sedikit kurang kegiatan di karenakan berkurangnya anggota pesilat yang mengikuti pelatihan.kini telah kembali di buka unit SMK JAKARTA SATU dengan jumlah anggota lebih dari 30 pesilat yang mengdaftar seusai melihat atraksi silat yang di adakan di sekolah dalam rangka menyambut hari kemerdekaan RI yang ke 63 tahun. semoga dengan hadirnya unit ini kembali dapat memompa semangat para pesilat pps satria muda indonesia di jakarta barat khususnya.amin ( koko_fhu/sept/2008 )

Riwayat dan Kisah Para Pendekar Sabandar


Pada kesempatan kali ini, izinkanlah saya untuk mengangkat sebuah tulisan, karya H.Moch Syarif ( dibantu oleh anak beliau yang bernama H.Asep ), tentang Riwayat dan Kisah Para Pendekar Sabandar , serta Biografi Beliau sendiri. sekedar untuk menambah wawasan, dan mohon maaf jika ada kekurangannya. (maklumlah buku itu dibuat berdasarkan ingatan beliau ketika mendengarkan dan mengalami langsung beberapa peristiwa, juga berdasarkan penuturan secara lisan dari para Guru-Gurunya). Tulisan ini saya angkat, ialah dengan niat "mengenang jasa dan karyanya serta semoga bisa menambah wawasan pengetahuan kita sekalian dalam rangka misi pelestarian Silat " Kata Pengantar Alhamdulillah segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT, serta sholawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan kita Muhammad SAW. atas berkat nikmat dan karuniaNya kami bisa menuliskan riwayat Pencak Silat aliran Sabandar Kari Madi, walaupun masih banyak kekurangan, namun kami mencoba untuk mrnggali kembali ingatan kami yang telah disampaikan oleh guru kami yaitu Rd.Kartadimadja dan Rd.Husen dimana beliaupun mendengar cerita riwayat Ama Sabandar dari Guru Beliau yaitu Rd.H Abdullah kemudian dari Rd.H.Emod dan Rd.H.Enoh yaitu murid pertama Ama Sabandar. Keinginan kami menuliskan riwayat Pencak Silat Sabandar ini untuk melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia yang merupakan warisan leluhur para sesepuh bangsa Indonesia yang telah berjuang demi kemerdekaan dan kejayaan bangsa. Untuk itu agar murid-murid kami bisa melanjutkan dan mengamalkan ilmu bela diri Pencak Silat Sabandar Kari Madi. Kami mengakui bahwa dalam penyusunan buku ini masih jauh dari sempurna namun kami berharap dengan adanya buku ini dapat membantu untuk memberikan penjelasan tentang Pencak Silat Sabandar Kari Madi, juga sebagai motivasi buat generasi muda yang ingin memperdalam Pencak Silat Sabandar kari Madi. Akhirnya dengan senang hati kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan buku ini. Bogor, Januari 1998 H.Moch.Syarif.
Rd. H. Abdullah
Riwayat ketika melatih murid-muridnya


Rd.H.Abdullah ialah murid ama Sabandar yang bertempat tinggal di Bojong Herang, Cianjur. Pada setiap hari Minggu murid-muridnya datang untuk berlatih Pencak Silat, dimana tempat latihannya di dapur rumah Beliau.

Suatu hari Beliau berkata kepada murid-muridnya yang akan latihan. "Saudara-saudara semuanya,Mama punya uang lima rupiah dan akan menjadi milik siapa saja asalkan dapat mengambilnya dari kantong Mama". demikianlah uang Rp 5 tersebut diselipkan kekantong baju atasnya kemudian semua murid-muridnya disuruh menyerang. Namun tiada seorangpun yang dapat mendekati Beliau.

Murid-muridnya berkata: "Bagaimana kalau Mama ditutup matanya pakai saputangan dan kakinya diangkat sebelah sampai lutut. Jadi hanya sebelah kaki saja yang berdiri". Rd.H.Abdullah berkata: " Boleh saja akan mama laksanakan, dan jika kaki mama sebelah ini jatuh menginjak bumi, maka uang itu akan menjadi milik yang bisa menjatuhkan kaki Mama".

Murid-murid Beliau merasa gembira dan dipersilahkan menyerang satu persatu. Tetapi ternyata tiada seorangpun jua yang dapat menjatuhkan Beliau. Walaupun sudah berusaha didorong dengan sekuat tenaga, namun tidak juga jatuh. Kemudian Mama berkata: "siapa lagi yang belum menyerang ?". Muridnya yang bernama Wada`i menjawab: "Tinggal Enceng (Rd.Husen) yang belum Mama Haji".
Selanjutnya Mama menyuruh Enceng untuk mencoba karena Mama ingin mengetahui kekuatan Rd.Husen. Lalu Rd.Husen pasang kuda-kuda sambil maju mendekati mama Haji, langsung oleh raden Husen dijeblagkan (jurus dua jeblag Sabandar) dengan sekuat tenaga. pada akhirnya malahan Rd. Husen yang terpental ke belakang ada beberapa meter sehingga kepalanya menghantam ujung tembok sumur, sampai temboknya pecah dan kepala Rd.Husen benjol besar sekali. Selanjutnya kaki mama diturunkan dan berkata: " Enceng yang menang, sambil diberikan uang yang lima rupiah tersebut kepada Rd.Husen".

Sewaktu kemudian hari, Rd. Husen menceritakan kejadian tersebut kepada muridnya yakni Rd. Kartadimadja, bahkan didepan saya ( H.Syarif ) , beliau berkata : " Saya tidak tahu, kakinya Mama Haji terjatuh apakah karena kena dorong saya, atau karena kasihan kepada saya sebab kepala saya benjol sebesar kepalan tangan". eyes



Riwayat peristiwa sore hari saat Ramadhan

Pada waktu bulan puasa di Cianjur, kalau sore hari bila tidak turun hujan, ramai sekali orang berjalan-jalan. pada suatu hari Rd. H. Abdullah setelah ashar jalan-jalan menggunakan bendi (delman) , rupanya pada waktu itu kuda beliau ialah yang paling bagus rupanya di Cianjur. Tidak jauh jalan-jalannya dari Bojong Herang ke Selakopi sampai perempatan jalan ada anak-anak membakar petasan dan bunyi ledakannya keras sekali terdengar. rupanya kuda beliau tersebut jadi kaget lalu kabur dengan berlari sangat cepat sekali di jalan raya menuju pasar. dan ketika akan sampai di perempatan Warujajar, maka orang-orang yang berada di pinggir jalan pada berteriak : "Awas...., ada kuda lagi mabur..".
Di jalan raya yang begitu ramai ditambah ada mobil yang lewat, rupanya pikiran mama Abdullah jadi panik dan takut. kuatir kudanya itu akan menabrak mobil atau menabrak orang-orang. maka dengan gerak cepat segera tali kuda itu oleh mama Abdullah ditarik dengan kuatnya sehingga menyebabkan kuda tersebut jatuh dan lehernya patah sehingga mati seketika.

Rd. H. Abdullah selamat pada peristiwa itu, namun delmannya hancur, untung tidak sampai mencelakakan orang kata Mama haji.


Kejadian di rumah sakit

Pada suatu hari Rd.H.Abdullah pergi ke dapur melihat orang yang sedang membuat gula di dalam ketel besar yang sedang dipanaskan. kemudian beliau melihat ke atas ternyata ada genteng yang bocor berlobang. Walaupun disitu ada banyak orang, namun Mama haji tidak menyuruh mereka untuk membetulkannya, melainkan bahkan beliau segera mengambil tangga kemudian disandarkan pada tembok lalu naik dan membetulkan genteng itu sendiri. baru akan sampai pada ujung tangga lalu beliau jatuh, sebab tangganya terlalu tegak berdiri. dan begitu beliau jatuh mau menimpa gula yang lagi dimasak, dengan reflek beliau menggerakkan badannya ke samping dan jatuh kena benturan tembok sehingga tangannya menjadi patah , dan dibawa ke rumah sakit.

Kira-kira ada seminggu beliau dirawat di rumah sakit, ketika perbannya mau diganti, sambil dipegangi tangannya oleh dua orang juru rawat, rupanya terasa sakit. dan tiba-tiba tangannya itu reflek bergerak sehingga menyebabkan dua orang juru rawat itu menjadi terpental jatuh.
kemudian mama Haji berkata: " Maaf ya..., mama lupa".


Riwayat Rd. Husen ( Gan Enceng ),
ketika di Pasar Gambir Jakarta
Rd. Husen sebagaimana telah diceritakan di atas, ialah salah seorang murid dari Rd.H. Abdullah. Rd.husen ialah bangsawan Cianjur , murid yang paling hebat diantara murid Mama H.Abdullah, sebab beliau yang paling rajin dalam berlatih Sabandaran. Pada suatu hari, pertama kali ada pasar Gambir di Jakarta, dalam pembukaan pasar tersebut direncanakan mau diadakan suatu pertunjukan pertandingan antara Silat melawan Boxen ( tinju ). dimana panitia pasar Gambir tersebut datang ke Cianjur ke rumah Rd. H. Abdullah untuk mengundang ikut serta dalam pertandingan tersebut. Kemudian para murid Rd.h.Abdullah bermusyawarah, dan saran Wada`i kepada mama Haji sebaiknya yang mewakili Mama Haji dari Cianjur ialah Rd.Husen saja. Kemudian disetujui dengan suatu pertimbangan, jika yang diutus itu ialah Wada`i, maka dikuatirkan lawan-lawannya akan rusak binasa, sebab Wada`i sangat hobby menggunakan pukulan Kari Madi. Berhubung pesan dari panitia juga demikian, ialah jangan sampai terjadi saling membinasakan. Demikianlah, saat perayaan pembukaan Pasar Gambir dimulai, para penonton sudah penuh hadir untuk menyaksikan pertandingan Boxen melawan Silat. Kemudian Rd.Husen diikat kedua tangannya ke belakang, tetapi petinjunya dibiarkan tidak diikat kedua tangannya. namun tetap dengan memakai sarung tinju. kemudian oleh wasit, pertandingan dinyatakan dimulai. Lalu Rd.Husen pasang kuda-kuda begitu melihat lawannya sudah siap. dan langsung lawannya itu dengan cepat memukul perut Rd.Husen. tetapi anehnya tidak ada satu pukulan petinju itu yang bisa mengenai badan Rd.Husen, sebab dipermainkan oleh jurus Sabandar. walau sudah ada empat kali memukul tetapi hanya lewat saja. Akhirnya petinju itu menjadi marah dan dengan sekuat tenaganya lalu memukul lagi ke arah perut Rd.Husen. Rd.Husen kali ini membiarkan perutnya di pukul, malahan perutnya digerakkan dan diadu dengan pukulan petinju tersebut. begitu terjadi pukulan itu diadu dengan perut, dan kena, seketika petinju itu menjerit keras dan lalu terjatuh. akibatnya para penonton menjadi riuh dan kuatir akan apa yang sedang terjadi dan langsung bergerak menyerbu panggung pertandingan. Alangkah kagetnya para penonton, yang seharusnya menurut mereka itu Rd Husen lah yang akan jatuh, akan tetapi justeru petinjunya yang jatuh dan tangannya tidak bisa digerakkan lagi karena "patah" pergelangan tangannya. sementara Rd.Husen tidak goyah walau sedikitpun malahan jadi tersenyum. akhirnya panitia memberikan hadiah berupa uang sebesar Rp 25,- serta juga baju jas petinju yang terbuat dari wol kepada Rd. Husen. Ketika keesokan harinya Rd husen pulang ke Cianjur, petinju tersebut menyatakan ikut bersama rombongan Rd.Husen. Peristiwa di perkebunan Ciseureuh Pada suatu hari, ada seorang tuan tanah yang berasal dari belanda jago bermain tinju. Dia berkata kepada mandor Tatang, siapa di Cianjur ini yang terkenal hebat main silatnya, nanti sekali saja saya pukul pasti dia pingsan. Mandor Tatang berkata : “Tuan, tidak ada yang mau diajak tanding jika tidak ada syaratnya”. Demikianlah karena itu maka Tuan Tanah menjanjikan akan memberikan uang 30 ringgit kalau dia bisa dijatuhkan.. Maka kemudian Mandor Tatang dating menemui Rd.Husen dan menceritakan kesombongan tuan tanah itu. Mandor Tatang itu ialah muridnya Bapak Oha di Cikaret, sedangkan Bpk Oha itu ialah muridnya Rd.Husen. Setelah itu kemudian Rd.Husen menyetujui untuk menerima tantangan tersebut, dan datang menemui tuan tanah itu di perkebunan Ciseureuh bersama Mandor Tatang dan Bapak Oha. Singkat cerita, di rumah tuan tanah itu kursi-kursi sudah disingkirkan serta lampu-lampu sudah dinyalakan. Kemudian Rd.Husen masuk ke tempat pertandingan, namun baru saja beliau berdiri dan dalam keadaan belum siap, tiba-tiba sudah dipukul dan kena ke kepala Rd. Husen. Namun begitu tuan tanah itu mau memukul lagi, Rd.Husen segera bergerak kesamping menghindar, dan kali ini pukulan tuan tanah tidak kena sasaran. Akibatnya tuan tanah menjadi marah dan mengerahkan segala kekuatan pukulannya dengan tujuan memukul kepalanya Rd.Husen lagi, tetapi dengan cepat ditangkis oleh tangan Rd Husen menggunakan jurus lima sebelah, dan segera dilanjut dengan memukul paha si tuan tanah. Maka jatuhlah si tuan tanah itu sambil mengerang kesakitan karena tulang pahanya telah patah. Begitu tuan tanah itu mau dipukul lagi oleh Rd.Husen, segera tuan tanah itu merangkul kaki Rd Husen sambil berteriak minta ampun dan mengaku kalah. Akhirnya tuan tanah itu digotong oleh Mandor Tantang didudukkan di kursi, dan selanjutnya tuan tanah itu segera memanggil isterinya dan menyuruh untuk memberikan uang 30 ringgit kepada Rd.Husen. setelah pulang, bpk Oha kebagian uang 5 ringgit dari Rd.Husen. Seminggu kemudian, tuan tanah itu datang ke rumah Rd.Husen dan menyatakan niatnya untuk belajar, namun tidak diterima, karena Rd Husen takut, tuan tanah itu nantinya akan menjadi sombong dan jahat kalau sudah bisa Pencak Silat. Tidak lama setelah itu, tuan tanah itu dipanggil kembali ke negeri Belanda, dan mandor Tatang dioper ke perkebunan Sukamaju di Cibadak, dan sering berlatih silat bersama-sama saya ( H.Syarif ) di rumah guru saya yaitu Rd.Kartadimadja. Peristiwa ketika acara khitanan. Pada waktu itu di Cianjur, bila ada khitanan sering dihibur dengan dengan gendang Pentjak. Saat malam minggu di Cipeuyeum, kawannya Rd.Husen yakni H.Ahmad mengadakan khitanan cucunya dan ingin dihibur oleh Rd.Husen dkk. Saat acara itu tiba, maklum yang mengadakan hajatan itu orangnya kaya raya, sangat begitu meriah sekali orang yang datang dari Cianjur,Sukabumi,Bandung, Garut. Hiburan dimulai dengan acara gendang pencak dan terompet berbunyi keras, dimulailah acara Ibingan Pencak Silat. Setelah selesai kemudian bpk H.Ahmad mempersilahkan Rd Husen dan murid-muridnya untuk ikut menghibur para tamu. Terutama sekali tuan rumah menginginkan agar supaya Rd Husen mengadakan demonstrasi kekuatan silatnya. Saat Rd.Husen tengah memperagakan Sabandaran, tiba-tiba ada seorang tamu yg tadinya menonton kemudian nekad loncat, sambil membawa golok ke atas panggung dan langsung segera menyabetkan goloknya kea rah Rd.Husen. kemudian secepat itu pula Rd.Husen menghindar dan segera berteriak memerintahkan murid-muridnya untuk menyingkir dari atas panggung. Kini tinggallah Rd.Husen sendiri menghadapi tamu yang membawa golok itu. Dan langsung saja, si tamu itu segera menyambung dengan sabetan goloknya berulang-ulang kea rah perut Rd. Husen. Sampai-sampai para hadirin/penonton berteriak saking kagetnya takut akan terjadi apa-apa menimpa Rd.Husen. Namun. Tatkala itu segera saja Rd,Husen melawan si tamu itu, dan begitu golok akan mengenai perutnya, lalu ditangkap dan dan di jeblag kan dengan jurus dua Sabandar, dengan akibat orang itu terpental jatuh jungkir balik dan goloknya jadi terlepas. Oleh Rd.Mansur, segera orang itu dibawa ke rumah dan diberikan air minum. Dan ketika ia sadar, segera dibawa lagi kepada Rd,Husen, dan orang tersebut meminta maaf, sambil memperkenalkan namanya ialah dia itu Rd.Hamim dari Cicendo Bandung. Kemudian Rd.Husen memaafkannya. Akhirnya, Rd.Hamim menyatakan menjadi murid untuk berguru kepada Rd.Husen, sampai terkenal namanya Rd Hamim itu ialah orang yang terkaya di Cicendo, namun akhirnya menjadi murid yang paling setia kepada gurunya yakni Rd Husen. Dan saya ( H.Syarif ) pernah silaturrahmi ke rumah Rd.Hamim di Cicendo Bandung.


Riwayat Abah Haji Moch. Syarif Kira-kira umur 15 tahun, Beliau mulai belajar pencak silat Cimande, karena di Cibadak saat itu yang masyhur ialah Cimande. Tempat belajarnya di Kebon Pala Cibadak, yang mengajarnya ialag Guru Iyong. Belajar kurang lebih lima tahun, beliau sudah dapat bermain pepedangan. Dilanjutkan pelajaran Cimande tersebut kepada Abah Kowi dari Tarikolot. Selain itu beliau juga belajar Cimande pada kakek beliau yang bernama Agus dan Haji Malik dari Gadog Sada Mukti Cicurug. Kakek Beliau pernah berkata : " Mencari ilmu itu jangan satu macam, sekarang carilah permainan pencak silat Opat Kalima Pancer ". Suatu hari, ada kawan beliau bernama Kalsum (acun) yg bekerja sebagai buruh pegadaian, menginformasikan tentang adanya Ibingan Cianjuran yang diajarkan oleh Rd Kartadimadja (wakil kepala pegadaian), sehingga beliau H. Syarif kemudian diterima untuk belajar Ibingan sebagai murid. dan setelah lima bulan dibawah bimbingan para senior, yakni Iwik, Mamat, Sulaeman, dan Mad Nawi, maka beliau H.Syarif menjadi sangat mahir dan paling bagus ibingannya. Sehingga kemudian ada diantara murid Rd.Kartadimadja yg bernama Mamad, bercerita bahwa akan datang dari Cianjur ialah Gan Enceng (Rd Husen). Nanti kalau sudah latihan gendang pencak janganlah buru-buru pulang, biarkan saja yang lain pulang duluan, karena jam 12 malam akan ada latihan khusus, yakni antara Rd Kartadimadja dan Rd Husen. Pada malamnya setelah setelah latihan gendang pencak selesai, bpk Tatang dari Sukamadju Cibadak datang, dan diperkenalkan. Rd Kartadimadja bertanya, kenapa Syarif belom pulang, kalau mau silahkan menginap di rumah saja. Betul saja, setelah jam 12 malam, Gan Enceng turun, dan semua menjadi heran, karena mau latihan, mengapa kepalanya dibungkus handuk seperti mau mandi. Sarungnya dikeataskan sampai lutut, kemudian berdiri dan kedua tangannya dikedepankan. Selanjutnya Mama Karta turun dan ini betul-betul seperti mau latihan karena memakai pangsi dan kaos putih. Setelah keduanya siap, tiba-tiba mama Karta terpental jatuh begitu kerasnya dan bangun lagi akan menyerang Gan Enceng akan tetapi tidak sampai-sampai.. padahal waktu itu, mama Karta sering olah raga angkat besi, sehingga badannya berotot dan tinggi besar. Kira-kira setengah jam latihannya bersama Gan Enceng, kemudian murid-murid lainnya ada empat orang disuruh menyerang Gan Enceng, akan tetapi tidak ada satu orangpun yang pukulannya sampai ke badan Gan Enceng, bahkan mereka jatoh semuanya. beliau Syarif menjadi heran karena baru melihat permainan pencak silat seperti itu, dalam pikirannya menyangka, jangan-jangan hal itu ialah ilmu sihir. Demikianlah pada keesokan harinya, Mamad ditanya, apakah latihan itu betulan atau bukan, dan Mamad malah menyatakan mengapa tidak dicoba saja langsung. Syarif menyatakan tidak berani jika mencoba Mama Karta, tapi berani jika mencobanya kepada Mamad Setelah kejadian itu saya ( H.Syarif ) belajar jurus Sabandar kepada Rd.Kartadimadja , dan saya berlatih tiga kali sehari, yaitu jam empat pagi setelah pulang kerja di pasar selepas waktu subuh, jam sembilan siang, dan jam delapan malam. dengan lamanya latihan itu ialah selama kurang lebih dua tahun. Pada waktu latihan di rumah Mama Karta, Mama berkata: " Mad, kamu latihan bersama Syarif". Kemudian kami latihan bersama Mamad, selanjutnya Mamad disered (didorong) oleh saya, tetapi tidak dapat dia menjatuhkan saya lagi. selanjutnya saya berkata : " Mamad, coba sekarang kamu yang menyerang saya" lalu Mamad menyerang saya, dan segera saja saya jatuhkan beberapa kali, dan kurang lebih seperempat jam sampai akhirnya Mamad tidak bisa menyerang lagi dan mengaku kalah kepada saya
sumber : www.kisawung.multiply.com

HUT RI 63Th- Pesilat Amerika Masuk Rekor Muri


PATI- Kendati harus bekerja keras mengusir rasa groginya, murid pencak silat Inti Ombak Lakutama Cabang Colorado, Amerika Serikat Kyle Jacob Mitchell, akhirnya berhasil memecahkan 52 dasar botol dengan sentuhan pada bagian penutupnya dalam satu menit.

Kemampuan tersebut dicatatkan di Museum Rekor Indonesia (Muri), Minggu (17/8). Acara dalam rangka memeriahkan HUT Ke-63 Kemerdekaan RI sekaligus melestarikan budaya khas Pati itu, digelar Padepokan Walisongo bekerja sama dengan Lakutama Yogyakarta.

Ribuan masyarakat menyaksikannya di halaman RS Mitra Bangsa, di Jalan Kolonel Sugiono.

Dengan kemampuan tersebut, Kyle berhasil mengungguli pemecah rekor sebelumnya atas nama Andi Candra (Tetada Kalimasada, Riau) yang mampu memecah 48 botol dalam satu menit pada 2 Oktober 2004.

Prestasi tersebut menjadi rekor baru yang dicatat pada urutan ke-3.324. Bukan hanya Kyle, Muri juga memberikan penghargaan kepada pemrakarsa dan pelatih Drs H Imam Suroso MM (Mbah Roso), Masruri, dan Ki Poleng Sudamala. Penyelanggaraan kegiatan Dra Asih Marlyna MBA (Djeng Asih) dan RS Mitra Bangsa juga mendapat penghargaan.

Usai memecahkan rekor, Kyle mengaku bangga dan berterima kasih kepada ketiga gurunya selama dia belajar silat di Indonesia. “I’m very happy and thanks to Mbah Roso, Masruri, and Ki Poleng,” ujarnya saat ditanya bagaimana perasaannya setelah menerima penghargaan dari Muri.

Tak lupa dia memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Indonesia yang ke-63. “Good bless Indonesia!” (H49-36)

Sumber : suaramerdeka.com

Rayakan HUT, SMI Gelar Festival Silat



Senin, 11 Agustus 2008
SUDIRMAN, METRO-- HUT Persatuan Pencak Silat (PPS) Satria Muda Indonesia (SMI) ke 20, akan dimeriahkan dengan Festival Pencak Silat Dang Tuanku I yang akan diselenggarakan tanggal 12 sampai 15 Agustus 2008 mendatang.
Festival itu sendiri akan dipusatkan di lapangan parkir samping Bioskop Eri dengan menghadirkan berbagai unsur masyarakat, termasuk Presiden Pencak Silat dari Negara Perancis Eric Chatellier dan pesilat dari negeri jiran Malaysia. “Kegiatan yang juga digelar dalam rangka Visit Indonesia Year 2008 dan menyongsong HUT Kemerdekaan RI ke 63 ini, rencananya akan dibuka oleh Pembina Utama PPS SMI Pusat Letjend (Purn) Prabowo Subianto. Sampai hari ini, tercatat sudah 39 tim yang sudah mendaftarkan keikutsertaannya. Mereka berasal dari seluruh kota/kabupaten di Sumbar ditambah utusan dari Riau, Jambi, Kerinci dan lain sebagainya,” terang ketua pelaksana Kapten Inf Syamsuwarno dalam keterangan pers di Kharisma Hotel, kemarin. Syamsuwarno menambahkan, persiapan pelaksanaan pada prinsipnya sudah maksimal. Sehingga diharapkan, setiap tim yang akan menurunkan 13 pendekarnya, akan puas dengan suguhan yang diberikan panitia.Selain itu, acara yang memakai motto silat yaitu “Lahir Silat Mencari Teman, Batin Silat Mencari Tuhan, Jaga Tali Jangan Putus, Jaga Rasa Jangan Hilang dengan tujuan “Mambukak-bukak Lipek Kain” itu, akan mengembalikan lagi pada generasi muda untuk tetap menyukai tradisi Silat Minangkabau yang banyak digunakan oleh pendahulu.Presiden Silat Negara Perancis yang juga Wakil Ketua umum Silat Eropa Eric Chatellier mengatakan, budaya silat serta sejumlah budaya nusantara lainnya, cukup bagus perkembangannya di Benua Eropa. “Sangat disayangkan kalau masyarakat di Indonesia mulai tidak menyukai tradisinya. Padahal di Eropa, budaya ini sedang bagus-bagusnya berkembang,” jelas Eric yang fasih berbahasa Indonesia ini. Sebagai bukti menjamurnya silat Indonesia di Eropa, Eric menggambarkan di Perancis saja saat ini terdapat 12 perguruan silat dengan jumlah anggota sekitar 800 orang. ”Keberadaan silat di Eropa perlu dipromosikan lebih besar lagi. Dengan promosi itu, tentu kami berharap perkembangan pencak silat di Benua Eropa akan semakin bagus dan berkembang,” ujarnya mengakhiri. (wan)

Kegiatan pelatihan


Hi pren , ini adalah foto-foto kegiatan pelatihan PPS.SMI yang di selenggarakan setiap hari minggu di gedung olah raga kecamatan kalideres.kegiatan pelatihan pada hari minggu adalah merupakan latihan gabungan dari beberapa unit atau cabang dari pps.smi yang tersebar di wilayah jakarta barat.

RADEN HAJI IBRAHIM DAN CIKALONG

Setelah menerima ilmu dari berapa orang guru, R.H. Ibrahim melakukan
perenungan selema tiga tahun dengan cara sering berkhalwat di sebuah
gua di Kampung Jelebud di pinggir sungai Cikundul Leutik, Cikalong
Kulon, Cianjur. Dari Sinilah mulai terbentuk cikal bakal aliran Cikalong.
Nama aliran Cikalong diberikan oleh para pengikutnya dengan mengambil
nama tempat tinggal R.H. Ibrahim atau tempat awal penyebaran aliran ini.
Silsilah Leluhur
RD. Haji Ibrahim
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar I
(Kanjeng Dalem Cikundul)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar II
(Kanjeng Dalem Tarikolot)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar III
(Kanjeng Dalem Dicondre)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar IV
(Kanjeng Dalem Sabirudin)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar V
(Kanjeng Dalem Muhyidin)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar VI
(Kanjeng Dalem Dipati Enoh)
Rd. Wiranagara (Aria Cikalong)
Rd. Rajadireja (Aom Raja) Cikalong
Rd. Jayaperbata (Rd. Haji Ibrahim)






Telah disepakati oleh kalangan tokoh pencak silat bahwa pencipta dan penyebar pertama aliran pencak
silat Cikalong adalah R. Jayaperbata yang kemudian berganti nama menjadi R. Haji Ibrahim setelah beliau
berziarah ke Tanah Suci. R.H. Ibrahim adalah keturunan bangsawan Cianjur.
Sejarah terbentuknya aliran ini, menurut beberapa sumber dimulai ketika R.H. Ibrahim berguru kepada
kakak iparnya sendiri (suami Nyi Raden Hadijah, kakak R.H. Ibrahim) yaitu R. Ateng Alimuddin, seorang
saudagar kuda dari Jatinegara. Permainan pencak silat R. Ateng Alimudin sendiri adalah Cimande
Kampung Baru. Atas perunjuk R. Ateng Alimudin, R.H. Ibrahim kemudian disarankan untuk melanjutkan
pelajarannya pada Bang Ma’ruf, seorang guru pencak silat di Kampung Karet, Tanah Abang, Jakarta.
R.H. Ibrahim yang juga mempunyai usaha jual beli kuda kerap kali pulang pergi antara Cianjur dan
Jakarta. Sewaktu berada di Jakarta, dimanfaatkannya untuk belajar pencak silat dari Bang Ma’ruf. Ketika
sedang belajar di Bang Ma’ruf, secara tidak sengaja R.H. Ibrahim berkenalan dengan tetangga Ban Ma’ruf
yang bernama Bang Madi, seorang penjual kuda yang berasal dari Pagarruyung, Sumatra Barat. Setelah
berkenalan dan akhirnya bersambung tangan, akhirnya diketahui bahwa Bang Madi adalah seorang ahli
pencak silat yang sangat tangguh. Sejak saat itu, tanpa sepengetahuan Bang Ma’ruf, R.H. Ibrahim mulai
berguru kepada Bang Madi. Karena R.H. Ibrahim adalah seorang bangsawan yang cukup kaya, maka
agar lebih leluasa, Bang Madi langsung didatangkan ke Cianjur untuk mengajar di sana. Segala keperluan
hidup untuk keluarganya ditanggung oleh R.H. Ibrahim. Dari Bang Madi diperoleh ilmu permainan rasa,
yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang positif sehingga pada tingkat tertentu akan mampu membaca
segala gerak lawan saat anggota badan bersentuhan dengan anggota badan lawan, serta segera
melumpukannya. Menerut beberapa tokoh, salah satu ciri atau kebiasaan dari Bang Madi adalah mahir
dalam melakukan teknik "bendung" atau menahan munculnya tenaga lawan, di samping "mendahului
tenaga dengan tenaga". Di kalangan aliran Cikalong teknik ini disebut "puhu tanaga" atau "puhu gerak".
Setelah dianggap mahir, atas petunjuk Bang Madi, R.H. Ibrahim disarankan untuk menemui seorang
tokoh dari Kampung Benteng, Tangerang yang bernama Bang Kari. Sebelum diterama menjadi murid,
R.H. Ibrahim sempat dicoba dahulu kemampuannya. Bang Kari pun kemudian mengetahui bahwa yang
datang kali ini adalah orang yang sangat berbakatdan mempunyai masa depan yang cemerlang di dunia
persilatan. Dari Bang Kari, R.H. Ibrahim mendapatkan (ulin peupeuhan) ilmu pukulan yang mengandalkan
kecepatan gerak dan tenaga ledak. Selain dari keempat tokoh pencak silat dia tas, R. H. Ibrahim banyak
berguru pada tokoh-tokoh lain. Ada yang mengatakan sampai tujuh belas orang guru, bahkan ada juga
yang mengatakan lebih dari empat puluh orang guru. Dari hasil berguru tersebut kemudian R.H. Ibrahim
melakukan perenungan selama tiga tahun dengan cara sering berkhalwat di sebuah gua di kampung
Jelebud, di pinggir sungai Cikundul Leutik, Cikalong Kulon, Cianjur. Dari Sinilah mulai terbentuk cikal bakal
aliran Cikalong. Nama aliran Cikalong diberikan oleh para pengikutnya dengan mengambil nama tempat
tinggal R.H. Ibrahim atau tempat mulaialiran pencak silat ini disebarkan.
Pada mulanya aliran ini melalui tahapan atau proses tertentu yang masih berubah-ubah dari waktu ke
waktu sebelum ditemukan bentuk yang baku. Di samping cara R.H. Ibrahim mengajar selalu disesuaikan
dengan keadaan badan, bakat, serta kesenangan murid. Maka tidaklah mengherankan apabila banyak
murid-murid R.H. Ibrahim yang mempunya permainan yang berbeda satu sama lain. R.H. Tamidi
misalnya, menyukai ameng peupeuhan atau permainan yang banyak mengandalkan pukulan; R. Obing
yang lebih senang menggunakan ulin rasa atau ulin tempelan yang mengandalkan kehalusan rasa; R.
Muhyidin lebih sering menggunakan usik puhu yang selalu mendahului gerak lawan. Sedangkan R. Idrus
lebih menyukai usik tungtung yang melakukan serangan balik ketika serangan lawan suda habis, dan
masih banyak lagi lainnya.Yang menarik adalah pada saat yang sama di Cianjur juga terdapat seorang
tokoh pencak silat bernama Muhammad Kosim asal Pagarruyung yang tinggal di Kampung Sabandar
Cianjur (lebih terkenal dengan panggilan Mama Sabandar). Ia mengajarkan ilmunya kepada beberapa
bangsawan Cianjur, yang juga merupakan murid R.H. Ibrahim, di antaranya adalah R.H. Enoh, sehingga
pada Perkembangan selanjutnya di Cianjur terdapat aliran Cikalong –Sabandar. R.H. Ibrahim sendiri tidak
pernah berguru kepada Mama Sabandar. Menurut beberapa sumber, mereka pernah bertemu dan
bertanding di Purwakarta dan hasilnya tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, namun masing-
masing saling mengakui kehebatan lawannya.




R.H. Ibrahim meninggal pada tahun 1906 dan dimakamkan di
pemakaman keluarga Dalem Cikundul, Cikalong, Cianjur.
Salah satu ciri aliran Sabandar adalah mahir dalam mengalirkan
tenaga, yang dalam kalangan pencak silat dikenal dengan istilah
liliwatan, coplosan atau kocoran. Perkembangan aliran Cikalong pada
awalnya tidak begitu pesat. Ini disebabkan beberapa hal. Di antaranya
R.H. Ibrahim sangat selektif dalam memilih muridnya, diduga karena
adanya kekhawatiran adanya penyalahgunaan ilmu pencak silat yang
dapat membahayakan itu. Di samping itu, sebagai seorang keturunan
bangsawan yang tidak membutuhkan tambahan biaya hidup dari
murid-muridnya, dengan sendirinya ia dapat memilih-milih murid-
muridnya. Hanya mereka yang disukainya atau yang dianggap akan
menjaga nama baik keluarganya dan aliran pencak silatnya saja dapat
menjadi muridnya. Maka dapat dipahami, jika murid-muridnya
R. Muyidin
kebanyakan berasal dari kalangan bangsawan, yaitu kelompok
masyarakat dari mana R.H. Ibrahim sendiri dilahirkan. Walaupun saat ini aliran Cikalong tidak
seeksklusif pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya, namun pengaruh dari kondisi
sosiologis yang menjadi penunjang di masa-masa awal itu masih membekas sampai sekarang.
Walaupun di kemudian hari diramalkan pengaruh ini akan semakin menipis, sehingga masyarakat umum
akhirnya akan menjadi pemilik aliran pencak silat ini. Beberapa penerus aliran ini adalah R.H. Enoh, R.
Brata, R. Obong Ibrahim, R. Didi, R.O. Soleh, dan lain-lain. Terdorong oleh rasa tanggung jawab serta
menghindarkan terkuburnya aliran pencak silat ini karena meninggalnya atau akan meninggalnya para
tokoh atau ahli pencak silat Cikalong yang saat ini masih hidup, juga untuk melestarikan aliran pencak
silat ini, Abdur Rauf sebagai salah seorang keturunan langsung dan pimpinan Paguron Maenpo Raden
Haji Ibrahim Djaja Perbata Cikalong, membuat suatu tulisan singkat mengenai "Sedikit Perkenalan
Dengan Kaedah-kaedah Pokok Maenpo Cikalong. Aliran pencak silat (tepatnya pecahan aliran) yang
dipengaruhi aliran Cikalong antara lain adalah aliran Cikaret dan Sanalika. Sedangkan perguruan yang
mempelajari aliran ini di antaranya adalah Paguron Pusaka Cikalong (PPC) Cianjur, Paguron Pusaka
Siliwangi, dan hamper semua perguruan pencak silat di jawa barat mendapat pengaruh aliran ini.


R. Abad Moh. Sirod yang mendapat ilmu dari R. Busrin mengembangkan metode belajar pencak silat
dengan menyusun 30 jurus dasar yang dikenal dengan istilah 27 jurus kajadian dan 3 jurus maksud.
Jurus-jurus ini diambil dari kejadian maenpo (istilah lain untuk beladiri pencak silat). Penjelesan seleng-
kapnya disusun dalam buku yang berjudul Tuduh Kaedah Meanpo (Petunjuk Kaidah Pencak Silat).
R. Obing yang belajar dari R.H. Ibrahim dan R. H. Enoh mengembangkan 5 jurus dasar yang
menggunakan langkah dengan arah menyerong, mempelajari cara menyimpan dan memindahkan titik
berat badan, serta menggabungkan gerak dengan teknik pernapasan. R.O. Saleh (Gan Uweh) yang
belajar dari R. Idrus dan R. Muhyidin mengembangkan 10 jurus dasar, 3 pancar, jurus 7, dan
masagikeun (kombinasi). Perguruan yang didirikannya adalah Paguron Pusaka Cikalong (PPC).
R. Ateng Karta yang berasal dari Banyuresmi, Garut belajar dari R. Utuk mengembangkan 5 jurus dasar
beserta beberapa pecahannya. Perguruan yang didirikannya adalah Perguruan Pencak Silat Sanalika.
Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat bahwa aliran pencak silat Cikalong berkembang dari generasi
ke generasi berikutnya. Ada yang mengembangkannya di perguruan yang didirikannya dan ada pula
yang tidak malalui perguruan (Individu). (GR)


SUMBER
Majalah Seni Beladiri
JURUS No. 01
Tahun I – 21 Juni -
04 Juli 1999


Napak Tilas Maenpo Cianjur 2

oleh: Kiki Rizki Noviandi
MAKAM HJ IBRAHIM Rombongan tour pun naik bis lagi dan kali ini mendapat kawalan (dipimpin) oleh mobil LLAJR yang terus menemani selama sehari itu. Tidak hanya itu, seorang pemandu pun ditempatkan di bis peserta, yang dengan setia menjelaskan tentang Cianjur dan juga maen po-nya. Disebutkan bahwa wilayah pembangunan Kabupaten Cianjur secara geografis terbagi dalam 3 (tiga) Wilayah Pengembangan yaitu Wilayah Pengembangan Utara (WPU), Wilayah Pengembangan Tengah (WPT) dan Wilayah Pengembangan Selatan (WPS) dengan jumlah kecamatan sebanyak 24 kecamatan dan terdiri dari 341 Desa dan 6 Kelurahan di wilayah kota Cianjur. Masing-masing wilayah mempunyai ciri-ciri khusus baik dari segi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Sumberdaya alam dapat dibedakan berdasarkan topografi, jenis tanah, iklim, jenis penggunaan tanah dan lain-lain. 1. Wilayah Pengembangan Utara, merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede yang sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan dataran yang dipergunakan untuk areal perkebunan dan persawahan. Kecamatan yang termasuk wilayah ini adalah Kecamatan Cibeber, Bojongpicung, Ciranjang, Karangtengah, Cianjur, Warungkondang, Cugenang, Pacet, Mande, Cikalongkulon, Sukaluyu, Cilaku dan Sukaresmi. 2. Wilayah Pengembangan Tengah, merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil dengan keadaan struktur tanahnya labil sehingga sering terjadi tanah longsor, dataran lainnya terdiri areal ini adalah Kecamatan Tanggeung, Pagelaran, Kadupandak, Takokak, Sukanegara, Campaka dan Campaka Mulya. 3. Wilayah Pengembangan Selatan, merupakan dataran rendah akan tetapi terdapat bukit-bukit kecil yang diselingi oleh pegunungan yang melebar sampai ke daerah pantai Samudra Indonesia. Seperti halnya daerah Cianjur bagian tengah, bagian selatanpun tanahnya labil dan sering terjadi longsor, disini terdapat pula areal perkebunan dan pesawahan tetapi tidak begitu luas. Kecamatan yang termasuk wilayah ini adalah Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul, Cibinong dan Cikadu. Dan masih banyak informasi berharga lain yang diberikan. Iring-iringan 4 mobil (termasuk bis), berjajar menuju ke Makam Rd Ibrahim, pendiri aliran Cikalong. Setelah keluar dari jalan utama Cianjur, masuk ke jalan Jonggol, pemandangan sawah terhampr luas, menghijau menyegarkan mata demi mata yang kesehariannya dipenati oleh suasana ibukota. Berjalan sekitar 4 kilo, jalan mulai mendaki dan berbukit dengan pemandangan yang indah di bawahnya. Tidak lama kemudian rombongan mulai memasuki kecamatan Cikalong Kulon, tempat makam berada. Akhirnya setelah melalui jalan kecil-yang oleh peserta disebut; daerah yang belum merdeka he he-bis pun parkir di kaki bukit, tempat makam berada. Namun kejutan belum usai. Rombongan digiring berlawanan arah dari makam dan menuju ke kantor camat Cijagang , ada semacam sambutan, katanya. Ini memang di luar skenario, tapi peserta pun tidak keberatan, toh waktu yang dimiliki pun cukup banyak. Ternyata banyak warga masyarakat termasuk camat-nya sendiri yang sudah menanti dengan diiringi musik ibing yang keras dan mengundang untuk ber-joget penca. Pak.. dung.. plak.. dung dung.....Setelah ramah tamah, Camat Cijagang menyambut dan kemudian disampaikan juga sedikit ulasan dan sejarah maenpo cikalong kulon oleh salah seorang sesepuh. Di kecamatan Cikalong Kulon yang demikian kecil itu terdapat 28 paguron (perguruan) maen po dan yang masih terus aktif hingga saat ini tercatat 10 paguron maen po. Kemudian Penutur ini (maaf namanya lupa) mengisahkan sejarah dan legenda seputar Hj Ibrahim, termasuk pertarungan beliau dengan harimau. Yang dikomentari oleh Hj Ibrahim sendiri " baru kali ini saya bertarung hidup dan mati". Cerita dan legenda-legenda tersebut tetap hidup di masyarakat dan menjadi semacam semangat untuk terus mendalami dan melestarikan maen po Cikalong Kulon. Acara kemudian beralih pada atraksi silat dan ibingan..ini yang ditunggu-tunggu peserta. Dengan iringan musik gendang pencak (tepak 2 ) yang bertalu-talu, tampillah gadis cilik yang dengan lincah membawakan ibingan gaya Cikalong Kulon. Dikuti oleh sekelompok anak-anak dari paguron (perguruan) yang berbeda, dan juga gadis cilik yang memainkan golok ganda, mengundang decak kagum dari para peserta wisata silat. Tampilan demi tampilan baik berkelompok maupun tunggal disodorkan di panggung, membuat peserta seperti terpesona dan tidak mau beranjak dari tempat duduknya. Tidak ketinggalan Bp Pak Camat sendiri pun turun, untuk menampilkan ibingan sebagai penghormatan kepada peserta wisata silat. dahsyat, seorang peserta berkomentar,"Bukan main mulai dari Bupatinya, Camat Cikalong Kulon hingga tukang penjual roti pada bisa maen po!"... Sebagai balasan, Pak Bambang dari Cingkrik Goning, menampilkan satu dua jurusnya beserta aplikasinya untuk menghibur semuanya. Setelah Bang Nizam, sesepuh forum-pun, Bang Iwan, diajak tampil oleh Pak Bambang yang diiringi oleh tepuk tangan meriah...plok plok plok....Beberapa atraksi masih ditampilkan dan acara kemudian diakhiri; pesertapun bertolak menuju ke Makam Rd Ibrahim. Sejatinya Makam tersebut juga merupakan peristirahatan leluhur Rd Ibrahim yaitu Rd Aria Wira Tanu Datar, pendiri dan sesepuh kota Cianjur. Beliau masih dihormati hingga kini, terbukti ketika itu juga ada rombongan lain menggunakan bis dan mobil-mobil pribadi yang berziarah ke makam beliau. Rd Aria Wira Tanu Datar (dalam Cikundul) ini juga diyakini seorang ulama besar dan penyiar Islam yang handal. Masyarakat setempat menyebut tempat itu sebagai Makam Keramat Cikundul. Setelah melewati penjual dan pedagang kaki lima yang menyediakan berbagai makanan/barang khas Cianjur, peserta pun tiba di Mesjid di kaki Makam. Sandal pun diitipkan, dan peserta diajak untuk menghitung anak tangga menuju makam di atas bukit. Dengan semangat ‘45, peserta pun mulai mendaki tangga satu demi satu dan mulai menghitung....tiba di pertengahan tangga, banyak peserta yang mulai mengatur napas, semakin tinggi, satu-dua mulai istirahat.. dan akhirnya tiba di Makam yang dibentuk seperti bangunan mesjid; dengan napas memburu dan ngos-ngosan. Mungkin terlalu banyak menggunakan ‘pernapasan kretek' he he he... Hasil hitungan juga tidak sama: ada yang mengatakan tangga tersebut berjumlah 179, ada yang bilang 210, 198, 205 dan ada yang berkata" Saya sibuk menghitung dan mengatur napas sendiri", he he he..jadi gak sempet untuk menghitung anak tangga.. Istirahat sejenak di pelataran bangunan makam, sambil menikmati angin semilir yang mengobati lelah naik tangga; sembari melayangkan mata pada pemandangan indah di bawah bukit. Peserta kemudian menuju ke Makam Rd Ibrahim yang terletak di samping, agak belakang, dari Makam Rd Dalem Cikundul. Doa pun dialunkan bagi pendiri maenpo Cikalong ini, diikuti oleh doa-doa pribadi yang dipanjatkan oleh masing-masing peserta Wisata Silat. (Photo makam Rd Ibrahim: perhatikan makamnya yang demikian kecil dan panjangnya tidak lebih dari setengah meter; ada yang berpikir ‘mengapa demikian pendek makam ini?'...juga ada pesan sponsor yang mengganjal pemandangan) Usai berziarah rombongan pun turun menyusuri tangga demi tangga dan kali ini disambut oleh barisan peminta rejeki yang berada di luar pagar, namun memiliki ‘tangan yang panjang' yaitu kayu/bambu yang ujungnya diikat dengan potongan botol aqua, sebagai tempat untuk memberi sedekah. Maka bersedekahlah jika mungkin. Cara ini dipakai mungkin dikarenakan tidak boleh berada di dalam area makam. Tiba di mesjid bawah, peserta pun sholat, istirahat sejenak lalu kembali ke bis untuk ke goa Cilebut tempat khalwat (meditasi dan merenung) Rd Ibrahim sebelum membentuk maen po Cikalong.
GOA JELEBUD
Iring-iringan bisa dan mobil-mobil pribadi dengan didahului oleh mobil LLAJR melaju, menuju ke pusat kota kecil Cikalong Kulon dan berhenti di depan kantor camat Cikalong Kulon, di sebrang alun-alun kota. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki dari samping kantor camat, melewati perkampungan penduduk yang rapat dan banyak memiliki empang-empang, tempat memelihara ikan ato sumber mata air dan juga ada yang berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga. Jalan setapak kemudian berujung di sebuah daerah menurun yang sebelah kanannya ada empang besar dan sebalah kirinya demikian; dan di depan empang kiri ada tanah terjal; di sinilah goa Cilebut berada. Namun sayang keadaanya sudah berubah, sejak team survey 2 bulan lalu mengunjungi tempat ini. Di sekeliling goa sudah dipagari oleh tembok semen yang masih terlihat baru; sehingga goa sama sekali tertutup dan tidak terlihat dari luar. Belum lagi tepat di tengah-tengah pintu masuk goa, ada semacam tugu yang dipasang oleh paguron silat tertentu. Hal yang sama juga terlihat pada makam RD Ibrahim, ada pesan ‘sponsor' paguron yang sama. Belum jelas apa motif pemasangan ini. Namun peserta wisata sungguh menyayangkan kondisi ini. Sebagai aset bersama masyarakat Cianjur selayaknya tempat-tempat bersejarah dan juga dikeramatkan oleh penduduk setempat, selayaknya mendapat perhatian dari Pemkab agar ha-hal demikian dapat dihindari dan kelestarian situs dan makam tersebut lebih terjamin. Seorang peserta berkomentar: "kalo semua paguron Cikalong minta didirikan prasati di depan goa itu, sebagai tanda memiliki, maka apa jadinya tempat tersebut, pasti tertutup habis; mengingat, di Cikalong Kulon saja ada 28 paguron aliran Cikalong". Peserta lain berpendapat "Tempat tersebut bukan milik suatu paguron tertentu tapi milik aliran cikalong, milik bersama dan tidak bisa diklaim oleh salah satu paguron saja. Maka Pemkab adalah pihak yang paling tepat untuk menertibkdan mengelola tempat tersebut sekaligus menghindarkan perseteruan antar paguron". Sebuah pendapat yang kebanyakan diamini oleh seluruh peserta Wisata Silat. Opini tersebut lahir dari suatu rasa keprihatinan dan kecintaan pada maen po Cikalong dan kelestarian tempat bersejarah yang berkaitan dengannya. Usai menengok goa Cilebut , yang sedang ada pemotongan pohon kelapa dengan mesin di dekatnya, sehingga suasana agak bising, peserta kembali lagi ke bis dan bertolak menuju ke Waduk Cirata, berplesir. Waduk Cirata Waduk Cirata merupakan waduk buatan yang dibangun di daerah aliran sungai Citarum. Luas waduk ini mencapai 6.200 ha. Dan kesanalah rombongan wisata silat pergi untuk makan siang dan menikmati panorama alamnya. Rombongan berhenti di sebuah rumah makan dan bersantap siang dengan ikan air tawar goreng/bakar lengkap dengan lalapan khas Sunda serta sambal. Terasa mengenyangkan perut di hari yang siang dan lapar itu. Seusai mengisi ‘kampung tengah', peserta pun berarak ke tepi waduk Cirata. Sebagian lalu berperahu mengelilingi waduk, di bawah matahari yang bersahabat yang dengan cahaya-nya yang manja memantulkan kelip keemasan pada permukaan air waduk. Kerambah apung untuk pengkaran ikan penduduk setempat terlihat pada ujung waduk. Disini dipelihara berbagai ikan air tawar mulai dari nila, ikan mas, mujaer dan lain lain.. Puas berperahu dan berkeliling waduk peserta pun kembali ke bis untuk ke Cianjur kota. Jam sudah menujukkan pukul 5 lebih, dengan mengingat bahwa pukul 7-an ada acara di Dewan Kesenian cianjur (DKC). Tiba di KONI pukul 6-an dan bersiap-siap, plus makan malam dan langung berangkat ke DKC (Bersambung...)
Team Liputan Silatindonesia By : Ian Samsudin Sumber: www.silatindonesia.com

Napak Tilas Maenpo Cianjur

oleh: Kiki Rizki Noviandi
silatindonesia.com - Juma'at malam, kalender menujukkan tanggal 11 Mei 2007, berkumpullah para pendekar, pencinta, pemerhati dan sahabat silat tradisionil di Padepokan Pencak Silat (TMII) Jakarta untuk melakukan sesuatu yang agak lain dalam upaya pelestarian pencak silat tradisional yaitu berwisata silat ke Cianjur. Wisata silat? Ya wisata silat...! Mengapa tidak? Bukankah pencak silat merupakan budaya bangsa yang tetaplah sebuah produk budaya yang dapat dinikmati keindahannya, dikagumi kedalaman isi filosofi, dan dikenal-mendalam untuk semakin dicintai pada konteks budaya masyarakatnya. Maka sengaja, Forum Pencinta dan Pelestari Pencak Silat Tradisional (FP2ST) mengorganisir cara baru mengenalkan dan melestarikan Pencak Silat khususnya silat tradisi pada kaum muda yaitu dengan ber-wisata silat. Sebuah metode yang diinspirasikan dari pengalaman Cina dan Thailand dalam hal budaya beladiri dan pariwisata dan kelestarian budaya mereka. Meski dengan fokus pada maenpo Cianjur, wisata silat juga akan menikmati keramahan masyarakat cianjur, keindahan alamnya dan lezatnya makanan (wisata kuliner) khas Cianjur...! Sejak pukul 19:00 peserta mulai berdatangan dan langsung menyantap makan malam berupa nasi Padang bungkus. Yang muda, yang tua, yang pendekar, yang praktisi, yang hobi, yang pengamat, yang pemerhati silat, semua berbaur, bergaul dan bersilahturahmi. Serta tidak ketinggalan para sesepuh perguruan dan aliran juga hadir; seakan tidak mau kalah dengan kaum muda dan dengan demikian tetap menunjukkan ‘jiwa muda' yang selalu peduli dengan kelestarian pencak silat tradisional. Mereka adalah Babe Ali Sabeni yang adalah anak dari Babe Sabeni, Sang pendiri aliran Sabeni dari Tanah Abang, Jakarta Pusat; hadir juga Bang Idjul, anak dari Babe Ali dan Cucu dari Babe Sabeni; Turut juga Kong Salim, sesepuh dari silat Paseban Lama; Pak Tubagus Bambang, pewaris dan pengembang Cingkrik Goning, Pak Bambang Sarkoro, sesepuh dari perguruan Margaluyu; Babe Nani, sesepuh dari Gerak Saka, dan Sensei Hakim (Aiki-kenyukai), seorang pemerhati silat dari Aikido. Tentu juga diikuti oleh banyak kaum muda dari milis silat indonesia, kaukus.com, komunitas pencinta alam, bulletin/majalah kesehatan senior (grup Kompas), wartawan dari koran Tempo, Trans TV, BBC London, dan wartawan setempat (yang hadir ketika acara workshop); dan para pemerhati dan pencinta pencak silat tradisional..! Setelah dibuka dengan doa oleh Pak Bambang, bis ‘Big Bird'dengan fasilitas AC dan TV ini melaju dengan mulus dari TMII sekitar pukul 21.15 dan tiba di Cianjur pukul 23.15, tepat dua jam dengan kondisi lalu lintas yang lancar. Sepanjang perjalanan, rombongan tampak bersemangat dan antusias, berkumpul berbagi pikiran dan bersilaturahmi antar peserta; hingga tawa terdengar sepanjang perjalanan, semangat kekeluargaan menyeruak dan siap menyongsong tanah maenpo cikalong, cikaret dan sabandar (plus cimande buhun); inilah ranah Cianjur. Malam semakin menjelang menyambut rombongan ketika tiba di Gedung KONI, tempat para peserta akan menginap selama wisata silat ini.. Turun dari bis, udara dingin dan sejuk menyambut para peserta yang terbiasa dengan udara Jakarta; begitu menyegarkan dan mengenakkan perasaan. Peserta digelandang masuk ke gedung KONI, tempat sederhana -‘hotel' atlit-yang akan diinapi selama acara Wisata silat ini. Setelah mendapat briefing singkat dari Koodinator Forum, Mas Eko Hadi, pesertapun menikmati makanan kecil : pisang, kacang rebus, ubi kecil dan unik dan minuman jahe (sejenis bandrek) yang menghangatkan badan. Sebagian peserta yang kelelahan langsung istirahat dan sebagian yang belum puas dan termasuk dalam kategori terkena ‘virus gila silat' tetap berdiskusi dan bertukar ilmu hingga subuh....wwuuiihhh... Jreng...Cianjur, euiy!12 Mei 2007, Cianjur, sebuah kota kabupaten di provinsi Jawa-Barat, dengan jarak sekitar 65 km dari Bandung, ibukota Jawa-Barata dan 120 km dari Jakarta, dengan jarak tempuh sekitar 2,5-3 jam dalam kondisi lancar. Cianjur terletak diantara 6 derajat 21 detik - 7derajat 25 detik LU dan 106 derajat 42 detik BT-107 derjat 25 detik BT. Karena berada pada ketinggian sekitar 2.300 dpl dan berada di kaki Gunung Gede, maka kota kecil ini berhawa sejuk dan segar. Dengan jumlah penduduk sekitar 2 juta jiwa ( tepatnya 2.058.134 per tahun 2004 menurut data yang diberikan oleh Pemkab Cianjur dalam situs resminya http://www.canjur.go.id/ ), Cianjur menjadi kota yang dinamis dan terus berkembang. Matahari belum nampak pagi itu, dingin belum juga hilang, Sabtu, 12 Mei 2007, terlihat sekelompok orang sedang senam pagi di halaman Gedung KONI, Cianjur. Halaman yang dilapisi kon-blok itu, pada satu sisinya dipasang tenda untuk kegiatan ormas setempat itu; disanalah para peserta Wisata Silat mengerakkan badan, kendati sebagian peserta belum tidur -karena asyik berdiskusi hingga fajar--; suasana tetap riang; di bawah komando Pak Bambang yang memberikan senam sehat ala Margaluyu, disusul kemudian sedikit perkenalan gaya senam-nya Sabandar oleh pendekar Kisawung dan sebagai bonus yang unik, senam ala Thailand (apa ya namanya?:)) oleh pendekar O'ong Maryono... Seusai senam pagi, peserta mandi pagi dan makan pagi yang disiapkan oleh saudara kita dari Cikolong Pancer Bumi, khususnya keluarga Pak Haji Aziz dan Aceng beserta murid-muridnya. Salut untuk mereka yang selama tiga hari dan 2 malam Wisata ini bekerja keras dalam hal yang sangat vital ini yaitu konsumsi. Dengan rapi, semua peserta berbondong-bondong naik bis menuju ke Kantor Bupati Cianjur. Sungguh mengejutkan, betapa Pemda Cianjur menganggap serius dan memberikan perhatian yang sungguh-sungguh bagi acara wisata silat ini. Bupati sendiri yang menyambut dan menerima peserta Wisata Silat. Sambutan Bupati CianjurDalam sambutannya Bupati Cianjur, Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, mengucapkan selamat datang dan mengenalkan Cianjur dengan motto-nya : ngaos, mamaos dan maenpo. Ngaos adalah tradisi mengaji sebagai salah satu pencerminan kegiatan kerohanian dan spirtualitas. Mamaos adalah pencerminan kehidupan budaya daerah di mana seni mamaos Tembang Sunda Cianjuran berbibit buit ( berasal ) dari tatar Cianjur. Sedangkan maenpo adalah seni beladiri tempo dulu asli Cianjur yang sekarang lebih dikenal dengan seni beladiri Pencak Silat. Bahkan pendapo Cianjur pun diadikan ajang bagi ketiga kegiatan tersebut. Secara Resmi Bupati kemudian melepas rombongan untuk ber-wisata silat diiringi dengan tepuk tangan yang meriah dari hadirin. Dari Forum, yang diwakili Mas Eko, menyatakan rasa syukur dan terima kasih yang mendalam atas sambutan yang demikian besar dan penuh dengan kekeluargaan; sebagai rasa terima kasih Forum pun memberikan sedikit tanda mata berupa Kujang kepada Bp Bupati. (menarik juga membandingkan pakaian resmi semua pejabat pemda dan peserta wisata silat yang terkesan santai dan kasual ). Sayang sekali karena kesibukan Bupati, acara pun diakhiri dengan photo bersama di depan Kantor Bupati. (bersambung...)Jakarta, 15 Mei 2007 Team Liputan Silatindonesia By : Ian Samsudin

Rd. Obing Ibrahim Tokoh Maen Po dari Kaum

oleh: Kiki Rizki Noviandi
Seperti kita ketahui aliran Cikalong yang kita kenal sekarang merupakan hasil karya yang sangat adiluhung, yang merupakan sebuah kreasi dari tokoh tokoh jenius yang sangat mendalami dan memahami maenpo sebagai salah satu budaya dan keahlian dalam melakukan beladiri.
Dari semua penerus aliran cikalong, paling tidak ada 4 tokoh yang sangat berpengaruh pada perkembangan aliran ini, tokoh-tokoh itu adalah:
1. Rd. Abad, yang mengembangkan jurus 30 dengan 27 jurus kajadian dan 3 jurus maksud
2. Rd. U. Soleh (Gan Uweh), yang mengembangkan 10 jurus, 3 pancer dan jurus 7 serta masagikeun
3. Rd. Didi (Gan Didi), yang mengembangkan 13 jurus dengan beberapa pola langkah
4. Rd. Obing Ibrahim (Gan Obing), yang mengembangkan 5 adegan serong/jalan serong
Meski pada kenyataannya masing - masing tokoh penerus ini bersumberkan pada aliran Cikalong, tetapi pada kenyataannya tidak ada satu pun yang bisa dianggap sebagai bentuk paling asli dari Cikalong. Karena pada kenyataannya aliran Cikalong sendiri sudah dipengaruhi dengan aliran yang dikembangkan di Cianjur khususnya aliran sabandar. Sehingga kita mengenal istilah kari (tenaga kari-untuk menyerang), madi (tenaga Bendung) yang merupakan ilmu yang bisa jadi didapat oleh H. Ibrahim ketika belajar pada kedua tokoh ini di betawi yang menyusun sistem Cikalong sebelumnya. Dan yang terbaru adalah sabandar (mengalirkan tenaga lawan) yang pada saat itu merupakan aliran yang juga berkembang di Cianjur.
Pengaruh sabandar pada Cikalong tidak bisa di pungkiri lagi, meski mungkin di beberapa aliran Cikalong hanya berbentuk pengendalian tenaga yang lebih dikenal tenaga sabandar tetapi prinsip sabandar sudah juga berasimilasi dengan Cikalong.
Masuknya pengaruh sabandar di Cikalong sepertinya dimulai dengan belajarnya murid generasi pertama Cikalong ke mama kosim (sang maestro sabandar). Salah satu tokoh Cikalong yang belajar juga pada Mama kosim adalah Rd. Enoh.
Langkah Rd. Enoh ini diikuti pula oleh muridnya yaitu Rd. Obing, yang kala itu sedang menimba ilmu Cikalong kepada Rd. Enoh. Sempat dikisahkan ketika Rd. Obing sedang berlatih dengan Rd. Enoh, Rd. H. Ibrahim sempat mengamati dan melihat bakat yang dimiliki oleh Rd. Obing ini. Sehingga pada akhir latihan disampaikan oleh Rd. Ibrahim kepada Rd. Enoh bahwa setelah selesai berlatih pada Rd. Enoh, Rd. Obing diminta melanjutkan pelajaran silatnya pada Rd. H. Ibrahim sang maestro Cikalong. Dan mulailah Rd Obing belajar Cikalong langsung pada Rd. H. Ibrahim
Selain mendalami Cikalong, Rd. Obing juga mendalami maenpo sabandar yang menurut beberapa kisah, Rd. Obing belajar dari gurunya (Rd. Enoh) dan kemudian di lanjutkan belajar langsung pada Mama Kosim di sabandar. Namun ada juga kisah yang menceritakan bahwa Rd. Obing hanya belajar sabandar pada Rd. Enoh dan tidak belajar langsung pada Mama Kosim (waallohualam bisawab)
Ternyata kecerdasan dan kejeniusan Rd. Obing menyebabkan beliau sangat disayangi oleh para guru-gurunya, kemampuan untuk mendalami dan menggabungkan prinsip-prinsip dari Cikalong dan sabandar membuat para gurunya kagum, sehingga saking sayangnya Rd. H. Ibrahim memberikan nama Ibrahim dibelakang nama Rd. Obing sehingga namanya menjadi Rd. Obing Ibrahim. Nama Ibrahim adalah nama pemberian dari Guru sebagai rasa sayang kepada murid.
Perkembangan maenpo di Cianjur memiliki pusat pusat pengembangan yang letaknya tidak terlalu jauh. Bojong herang merupakan pusat dari pengembangan murid-murid Sabandar, sedangkan Pasar Baru merupakan pusat pengembangan Cikalong. Diantara kedua pusat ini adalah kaum, disinilah para tokoh maenpo cianjur mempelajari kedua aliran ini baik cikalong maupun sabandar, dan tokoh dari kaum ini adalah Rd. Obing Ibrahim.
Keahlian Rd. Obing Ibrahim dalam bersilat sangat diakui kala itu, sehingga banyak tokoh Cikalong yang menimba ilmu padanya. Beberapa tokoh maen po Cikalong yang sempat belajar pada Rd. Obing adalah:
1. Rd. Didi (gan Didi)
2. Rd. Utuk (gan Utuk)
3. Rd. Idrus (gan Idrus)
4. Rd. Nunung Ahmad Dasuki (gan Nunung)
5. Rd. Memed (gan Memed)
6. Rd. Popo Sumadipraya (gan Popo)
Rd. Obing Ibrahim terakhir menjabat sebagai Naib (penghulu) Cianjur, beliau wafat di Cianjur tanggal 1 Juni 1942 dan dimakamkan di suka negara, Kecamatan Tanggeung Cianjur.

Silat Tradisional sebagai ilmu beladiri yang murni

Silat sejak lama memiliki ke khas dalam teknik beladiri, olahraga ini memang tidak hanya menampilkan jurus beladiri namun juga kaidah berupa gerakan dan teknik. hingga prasangka orang awam maupun praktisi beladiri lain yang mengenal pencak silat hanya dari kulitnya saja akan menilai pencak silat sebagai olahan gerak yang bertele-tele. hingga seorang praktisi beladiri dari mancanegara (luar negeri) yang biasa mendalami beladiri kareta, menilai bahwa silat tidak ubahnya seperti tarian yang tidak efektif sebagai beladiri. hal ini menunjukkan kurang pahamnya mereka terhadap beladiri silat, dan penilaian lainnya adalah bahwa silat lebih bagus ditonton sebagai beladiri hiburan yang mampu dipragakan di atas panggung dimana pesilat tersebut sudah hapal dengan teknik yang dipragakannya. dan memang jurus pencak nan indah bagi mata orang awam gerak tersebut layaknya sebuah tarian yang lincah, indah dan tidak nampak pukulan yang keras seperti beladiri pada umunya yang menampakkan kekuatan fisik semata. Namun jangan salah sangka gerak tarian tersebut adalah rangkain sebuah jurus yang dipertontonkan kepada masyarakat agar lebih mengenal kembali pencak silat yang sempat terlupakan oleh kita semua, tentunya itulah silat tradisional yang akhir-akhir ini kembali dihidupkan melalui ragam festival yang berlangsung beberapa waktu lalu. Ada pertanyaan yang perlu dijawab, apakah silat tradional mampu menjadi beladiri yang ampuh?, bila diteliti lebih dalam maka kita bisa menjawab bahwa silat tradisional bukanlah hanya sebuah tarian pencak yang dipertontonkan sebagai hiburan tapi terbukti bahwa silat tradisional mampu sebagai beladiri yang sesungguhnya. Bila sempat terbenam dari gemerlapnya beladiri Import, silat tradisional memiliki mainan gerak beladiri yang ampuh, serangan maupun pertahanan sebagai teknik beladiri ternyata dapat mampu melumpuhkan lawan dengan hanya beberapa gerakan saja. Sayangnya silat tradisional tidak mampu membuktikan keperkasaannya dalam kancah olahraga beladiri prestasinya IPSI karena pada umumnya silat tradisional memang lebih mantap dalam pertarungan bebas, dan sayangnya dipertarungan bebaspun belum banyak pesilat yang mau menunjukkan bahwa silatpun ternyata adalah Ilmu beladiri yang ampuh. Ragamnya aliran pencak silat di Nusantara membawa kekayaan tersendiri dalam pencak silat, sehingga IPSI yang merupakan lembaga atau organisasi resmi yang mewadahi perguruan ataupun perkumpulan pencak silat di Indonesia membagi pencak silat menjadi 4 bagian yang tidak bisa dipisangkan. 4 bagian tersebut antara lain, Olahraga, Beladiri, Seni, Mental dan Spritual. 4 bagian ini biasa dikenal menjadi aspek atau kandungan pencak silat yang telah dirumuskan dengan penelitian yang mendalam, untuk menjadikan silat sebagai salah satu cabang beladiri IPSI melalukan rumusan olahraga prestasi dalam bentuk pertandingan, dengan aturan dan keamanan yang menjamin Atlit dari cidera. Tidak ketinggalan dengan Silat dalam seni, yang sejak lama menjadi ciri khas yang tidak bisa dipisahkan, selain mengandung unsur kesenian yang bercitra rasa tinggi menyebabkan silat membawa misi yang unik selain pestasi namun juga filosofi yang tidak bisa dipasahkan dari pencak silat itu sendiri. Lalu bagaimana dengan beladiri dalam pencak silat, yang nyatanya unsure beladiri sedikit terlupakan atau memang tidak menjadi pembinaan khusus menyebabkan pencak silat kehilangan imege sebagai beladiri yang murni dan bahkan seolah-olah di kebiri dengan antusiasnya pesilat maupun perguruan yang berorientasi prestasi menyebabkan unsur beladiri yang ada dalam pencak silat menjadi sedikit hilang. Kalau pun demikian silat tradisional yang banyak orang sangka lebih memfokuskan pada seni yang nyatanya silat tradisional malah lebih menyimpan dan menjaga kemurnian pencak silat dalam kegiatan dalam latihannya. dan ini bisa kita lihat dari beberapa aliran silat tradisional yang telah di coba digali kembali kandungannya. Penyebutan silat tradisional lebih memfokuskan pada perkembagan dan organisasinya, karena hampir dipastikan seluruh silat itu adalah tradisional hanya saja perbedaan pengelolaan yang baik menjadikan silat tersebut lebih modern dan berkembang dengan pesat dan silat yang hadir dalam organisasi keluarga inilah yang kadang disebut sebagai silat tradisional yang kurikulumnya pun terkadang belum ada hingga cara pengajarannya pun masih sangat terbatas. Tinggal saatnya bagaimana melestarikan dan membuktikan bahwa silat tradisionalpun mampu berperan sebagai pelopor beladiri yang dapat di%@!#$& karena memang memiliki kekhasan dalam tekniknya. Tentunya silat tradisionalpun adalah asset bangsa yang harus dijaga oleh kaum muda, dan kapan kita bisa menjaganya?. Oleh : Prabowo Pengamat Lipi - Serpong www.silatindonesia.com

Maenpo Cianjur1

Lawannya lebih besar dan muda. Tak jadi masalah. Geraknya cepat. Tangannya berkelebat menyerang. Lawan pun jatuh. Tepik sorak dan tepuk tangan langsung bergemuruh di Gedung Kesenian Cianjur pada akhir pekan lalu. Tak sedikit yang berdecak kagum. Gan Ita Sasmita, lelaki tua itu biasa dipanggil. Dia adalah salah satu sesepuh aliran pencak silat Cikalong. Umurnya 84 tahun. Meski uzur, Kalau sudah ulinan (bermain silat berpasangan), langsung keluar lincahnya, kata sesepuh aliran Sahbandar, Memet M. Tohir. Gan Ita menjadi salah satu penampil pada malam gelar seni untuk menyambut rombongan Wisata Silat 2007 dari Komunitas Sahabat Silat (Jakarta) dan tamu Presiden Persekutuan Silat Antarbangsa Eddie Nalapraya.
Tujuan dari wisata silat ini adalah untuk menggali kembali kekayaan budaya pencak silat tradisional di Cianjur, ujar aktivis komunitas, Ki Sawung. Cianjur memang terkenal kaya warisan budaya pencak silat. Menurut Bupati Tjetjep Muchtar Soleh, pencak silat, atau maenpo dalam bahasa Sunda, adalah budaya yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Cianjur. Sebagian menyebutnya amengan atau ulinan, katanya. Keseluruhan warisan budaya ini sudah berlangsung lama ketika Cianjur menjadi salah satu pusat kebudayaan dan peradaban di tatar Sunda pada zaman dulu.
Kota yang berada di ketinggian sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut itu didirikan oleh Raden Aria Wiratanu Datar, putra dari Raden Arya Wangsa Goparana, keturunan penguasa Kerajaan Talaga. Aria Wiratanu Datar lantas mendirikan kerajaan di Cianjur yang mandiri atau tidak berada di bawah Batavia (Belanda) ataupun Mataram, Banten, dan Cirebon. Belanda pun mengakui eksistensi negeri Cianjur. Buktinya, Gubernur Jenderal Cornelis Speelman mengundang Raja Cianjur untuk menghadiri serah-terima jabatan gubernur jenderal. Arya Wiratanu Datar wafat pada 1691 dan dimakamkan di Cikundul. Salah seorang keturunan Arya Wiratanu, Raden Djaja Perbata atau Haji Ibrahim, menciptakan aliran silat baru setelah melakukan khalwat (mengasingkan diri) di sebuah gua di Kampung Jilebut di tepi Sungai Cikundul Leutik di wilayah Cikalong Kulon. Sebelum menyempurnakan gerakannya, Haji Ibrahim sempat berguru pada beberapa orang, terutama Bang Kari dan Bang Madi dari Betawi. Aliran silat ini kemudian disebut Cikalong. Pada masa yang sama, ada tokoh silat yang juga memiliki bela diri yang istimewa. Dia adalah Muhammad Kosim, seorang perantau dari Pagaruyung, Sumatera Barat. Dia tinggal di Kampung Sabandar, Cianjur. Haji Ibrahim kala itu mendapati bahwa beberapa muridnya juga belajar pada Mamak (sebutan untuk orang tua di Sunda) Kosim, yang kemudian dikenal dengan sebutan Mamak Sabandar.
Kedua pendekar besar tersebut akhirnya bertemu. Keduanya pun mengakui keunggulan masing masing. Kesimpulannya, mereka tidak bisa saling mengalahkan. Karena generasi kedua aliran Cikalong banyak belajar kepada Mamak Sabandar, gaya Cikalong otomatis dipengaruhi oleh aliran Sabandar ini. Semuanya terpengaruh oleh katumanan (kebiasaan yang baku), lampah (gerak langkah), dan tabeat (pembawaan sifat) Sabandar, kata sesepuh Sabandar, Pepen Effendi. Itu sebabnya karakter aliran yang ada di Cianjur dipastikan mengikuti kaidah dua guru utama Cikalong, yakni Madi dan Kari, ditambah dengan Sabandar.
Sabandar mengalirkan tenaga lawan dengan menggunakan gerakan dasar, Madi digunakan membendung tenaga lawan lewat gerakan yang terlatih, sedangkan Kari adalah untuk melumpuhkan lawan dengan menyerang titik kelemahan tubuh, ujar Pepen. Secara geografis, ada tiga tempat utama penyebaran aliran maenpo di Cianjur. Cikalong banyak dipelajari dan dikembangkan di Pasar Baru Cianjur.
Sabandar lebih banyak digandrungi di Bojong Herang. Cikaret merupakan tempat aliran Kari berkembang. Aliran Kari Cikaret dikembangkan oleh Aa Oha dan saudaranya, Aa Aman. Walaupun dipengaruhi oleh Cikalong dan jurus lima Sabandar, Cikaret menitikberatkan pada permainan Kari atau perpeuhan (pukulan). Karena itu, sedikit berbeda dengan aliran lain yang lembut, jurus-jurus Cikaret justru sangat keras dan cepat, ujar Wak Dudun, sesepuh Cikaret. Sampai saat ini perkembangan ketiga aliran di Cianjur itu masih terjaga dengan baik di lingkungan pusatnya masing-masing. Meski begitu, para sesepuh mulai prihatin.
Sebab, sedikit generasi muda yang menaruh perhatian terhadap silat tradisional ini. Walau pencak silat diajarkan di tingkat sekolah dasar, setelah dewasa, banyak dari mereka yang tidak lagi berminat untuk mempelajari pencak silat. Jika saja suatu saat generasi sepuh seperti Gan Ita Sasmita sudah tiada, entah siapa lagi yang akan melestarikan budaya asli Cianjur ini.posted by Perguruan Pencak Silat BEKSI

Aliran Pencak Silat (maenpo) Sabandar


Melumpuhkan dengan Rasa Pesilat Sabandar tidak hanya mengandalkan kecepatan dan kekuatan dalam perkelahian. MAENPO SABANDAR Tubuhnya tampak ringkih. Punggungnya sedikit melengkung. Saat berjalan, langkahnya tertatih. Secara fisik, Wak Entir, 92 tahun, memang memprihatinkan. Ditambah lagi hanya sebelah matanya yang melek. Pendengarannya pun sudah sangat berkurang. Tapi, kalau sudah diajak sparing tempelan, Tenaganya langsung bangkit. Lawan yang lebih muda dijamin kerepotan, kata R. Memet Muhammad Tohir, sesepuh maenpo Sabandar. Adapun Wak Entir adalah sesepuh maenpo (sebutan orang Sunda untuk pencak silat) Cianjur aliran Sabandar. Sabandar adalah salah satu aliran pencak silat di Cianjur yang diperkenalkan oleh Muhammad Kosim (1776-1880). Ia adalah seorang pendekar dari Pagaruyung, Sumatera Barat, yang berkelana ke Pulau Jawa. Kosim muda sempat tinggal di Jakarta sebelum melangkahkan kaki ke Kampung Sabandar, Cianjur, untuk menetap di sana. Aliran silat yang ia bawa ini kemudian dinamai sesuai dengan kampung tempatnya bermukim. Menurut Memet, pada saat itu di Cianjur sudah ada aliran silat yang cukup terkenal, yakni Cikalong, yang diciptakan oleh R. H. Ibrahim. Aliran silat ini banyak dipelajari oleh kaum menak atau bangsawan setempat. Salah satu murid Ibrahim, yakni R. H. Enoh, kemudian juga berguru kepada Mamak (panggilan orang tua di Sunda) Kosim. Langkah Enoh ini diikuti oleh beberapa murid Ibrahim lainnya secara diam-diam. Meski begitu, Ibrahim akhirnya mengetahui bahwa beberapa muridnya ternyata juga berguru kepada seseorang yang ia tak kenal. Lantas, karena penasaran, ia berkunjung ke Kampung Sabandar untuk menemui Mamak Kosim. Di sana, kedua pendekar tersebut sepakat menjajal ilmu masing-masing. Namun, begitu tangan keduanya menempel, Mamak Kosim terkejut. Ia tahu ilmu Ibrahim sungguh hebat. Hal serupa dirasakan Ibrahim. Kalau saya yang menyerang duluan, pasti saya terluka. Kalau Anda yang mencoba menyerang, pasti Anda yang terluka, kata Ibrahim kepada Mamak Kosim, seperti diceritakan kembali oleh Memet. Keduanya lalu hanya berdiam diri. Tak ada yang berani memulai serangan. Lebih baik kita akhiri saja sebelum ada yang terluka, kata Mamak Kosim. Ibrahim setuju dan keduanya pun berjabat tangan. Ilmu pencak silat Sabandar akhirnya berkembang secara pesat, terutama di kalangan menak atau bangsawan lokal dan kelompok tarekat serta pesantren-pesantren di daerah Cianjur. Salah satu murid Mamak Kosim adalah Ajengan Cirata. Ketika hendak pindah ke Purwakarta, ia meminta Mamak Kosim ikut serta. Beliau setuju dan menetap di Purwakarta hingga akhir hayat. Meski Mamak Kosim sudah tiada, murid-muridnya tetap melanjutkan penyebaran ilmu pencak silat ini di Cianjur. Kini aliran Sabandar banyak ditemui di wilayah Bojongherang dan Cikaret sebagai pusat perguruan. Karena generasi kedua aliran ini juga belajar Cikalong, gaya kedua aliran akhirnya saling mempengaruhi. Persamaan keduanya adalah menitikberatkan pada rasa, kata Pepen Effendi, sesepuh Sabandar. Rasa bisa diterjemahkan sebagai upaya mendasarkan dan menyesuaikan sirkulasi pergerakan dengan kekuatan lawan. Dengan rasa, pesilat Sabandar tidak hanya mengandalkan kecepatan dan kekuatan dalam perkelahian, tapi juga sensitivitas fisik sehingga mampu membaca arah gerakan atau serangan musuh dan menggunakan kekuatan atau energi yang pas untuk mengantisipasi serangan tersebut. Ada dua jenis rasa. Yang pertama adalah rasa antel, yang dipelajari dengan berlatih tempelan, yakni latihan pergerakan tangan berpasangan atau sparing. Yang kedua adalah rasa anggang, yang merupakan kemampuan mendeteksi Karakter khas Sabandar lainnya adalah titimbangan, yang berarti keseimbangan. Maknanya bahwa pesilat Sabandar menitikberatkan usahanya untuk mencari keseimbangan tubuh yang tepat. Pada saat bersamaan merusak keseimbangan lawan dengan memanfaatkan tenaganya, kata Pepen. Untuk mampu menguasai titimbangan dengan baik, pesilat Sabandar harus mempelajari kaidah leleus atau melemaskan dan menghaluskan gerak tubuh. Tujuannya agar lawan yang dihadapi tidak menyadari kekuatan dan, Memancing musuh untuk mengeluarkan kekuatannya, kata Cece Sumantri, sesepuh Sabandar. Pada saat musuh mengeluarkan tenaganya itulah pesilat Sabandar melakukan elakan halus yang membuat serangan lawan menemui tempat kosong. Konsep inilah yang disebut 'leungit' atau menghilang. Artinya serangan lawan yang terpancing dengan energi penuh hanya menemui tempat kosong, katanya. Ketika itulah pesilat Sabandar menyerang dengan memanfaatkan tenaga lawan yang sudah habis tersebut untuk menyerang dan melumpuhkan lawan, yang disebut tungtung gerak. Jika ada seorang kakek di Cianjur dan terlihat renta, jangan sesekali mengusiknya. Siapa tahu sang kakek ternyata adalah sesepuh Sabandar yang tampak ringkih, tapi ketika diajak sparing tempelan langsung membuat Anda tersungkur. sumber: www.silatindonesia.com

Latihan Gabungan Pencak Silat se-Kota Batam


Sekitar 300 pesilat anak-anak, remaja dan dewasa dari berbagai perguruan pencak silat berkumpul di lapangan Engku Puteri Batam Centre kemarin Minggu (01/06/2008) jam 07.00 WIB. Dengan mengenakan pakaian seragam pencak silat masing-masing perguruan yang beraneka ragam, dengan kompak mereka bersama-sama melakukan stratching dan pemanasan yang dipandu oleh Ricky Mendoza, Ketua Bidang Pembinaan Atlet Pengcab Perisai Diri Batam. Kemudian seluruh pesilat jogging bersama dengan berbaris rapi berjalan menyusuri jalan raya di sekitar kawasan kantor Pemko Batam. Latihan gabungan ini kami agendakan untuk dilaksanakan sebulan sekali, yaitu setiap hari minggu pagi pada minggu pertama, dan ini adalah yang pertama kalinya. Kali ini yang hadir ada tujuh perguruan, yaitu Perisai Diri, Tapak Suci, Bintang Surya, Pagar Nusa, Himssi, Setia Hati Organisasi dan Talago Biru. Perguruan lainnya yang belum dapat bergabung kali ini, kami harapkan dapat bergabung dalam latihan gabungan bulan depan. Informasi yang kami dapatkan dari Pengcab IPSI Batam, di Kota Batam ini ada 24 perguruan pencak silat yang terdaftar secara resmi, papar Agus Winarno, Sekretaris Pengcab Perisai Diri Batam. Setelah jalan bersama keliling Batam Centre, para pesilat mendapat pelatihan rangkaian teknik Jurus Tunggal Baku yang dipandu oleh Edi Priono, Ketua Umum Pengcab Bintang Surya Batam. Jurus Tunggal Baku ini merupakan gerakan wajib yang dipakai dalam pertandingan pencak silat kategori tunggal yang dahulu disebut kategori seni tunggal atau wiragana. Untuk tahap awal diberikan rangkaian gerak tangan kosong. Untuk tahap berikutnya nanti bagi pesilat yang berpotensi untuk menjadi atlet kategori tunggal akan diberikan juga rangkaian gerak bersenjata golok dan toya. Kegiatan dilanjutkan dengan latih tanding bagi kader atlet yang dipandu oleh Rendra Topan, Sekretaris Pimda Tapak Suci Batam. Dalam latih tanding ini, pesilat berhadapan dengan pasangannya dari perguruan lain. Selain uji coba para atlet, latih tanding ini juga dijadikan sebagai sarana pembibitan atlet dalam rangka regenerasi dan kaderisasi atlet-atlet pencak silat yang diharapkan akan dapat menambah deretan prestasi Kota Batam di bidang olahraga, terutama untuk pesilat anak-anak dan remaja. Dari antusias para peserta yang hadir terlihat bahwa Kota Batam memiliki banyak potensi atlet yang perlu pembinaan lebih lanjut. Seusai latihan, para pengurus dan pelatih dari berbagai perguruan pencak silat yang hadir berkumpul untuk mengadakan diskusi dan sarasehan. Salah satu hal yang menjadi pembahasan yaitu mengenai agenda latihan gabungan bulan depan. Setelah pertemuan pertama yang koordinatornya dari Perisai Diri ini, pertemuan bulan depan yang menjadi koordinator adalah Pagar Nusa. Selama ini biasanya para pesilat dari berbagai perguruan pencak silat bertemu dalam even pertandingan. Kami berinisiatif untuk mengumpulkan mereka bukan dalam nuansa persaingan jual beli pukulan di arena, tapi dalam nuansa kebersamaan dan persahabatan, yaitu dengan kegiatan latihan gabungan seperti ini, jelas Agus Winarno, Sekretaris Pengcab Perisai Diri Batam. Ide dan gagasan latihan bersama ini sebelumnya telah dicetuskan dalam pertemuan silaturahmi beberapa pengurus dan pelatih perguruan pencak silat di lingkungan Kota Batam yang diadakan di Sekretariat Pengcab Perisai Diri Batam pada tanggal 30 Maret 2008. Kemudian Agus menyampaikan rencana kegiatan ini secara informal dalam website Wakil Walikota Batam dan langsung mendapat respon positif. Pak Ria Saptarika melalui website-nya merespon bahwa beliau mendukung kegiatan ini. Beliau setuju dan berpesan bahwa pencak silat harus dilestarikan. Dan sesuai saran dari beliau, agar tidak bentrok jadwal kegiatan di lapangan Engku Puteri, maka kami membuat surat pemberitahuan ke Bagian Umum Pemko Batam dan sudah mendapatkan surat izin, ujar Agus. Menurut Agus, latihan gabungan seperti ini diharapkan dapat menjadi sarana menjaga keharmonisan dan silaturahmi antar perguruan pencak silat sehingga menambah citra baik pencak silat sebagai olahraga seni beladiri warisan luhur budaya bangsa Indonesia. Selain itu diharapkan kegiatan ini dapat menarik minat masyarakat, terutama generasi muda, untuk mencintai dan melestarikan pencak silat sebagai salah satu kekayaan budaya asli bangsa Indonesia. Di akhir acara, Agus kembali menginformasikan bahwa seluruh perguruan pencak silat di Kota Batam, terutama yang belum dapat hadir kali ini, dipersilahkan untuk bergabung dalam latihan gabungan selanjutnya. Untuk melihat foto dokumentasi kegiatan ini silahkan lihat di http://bungasepasang.multiply.com/photos/album/25/Latgab_Pencak_Silat_Batam_Juni_2008www.silatindonesia.com

Central informasi silat tradisional Indonesia


Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional (FP2STI) akan menjadi Central informasi bagi budaya silat tradisional Indonesia, demikianlah ujur pria yang sehari-hari bekerja sebagai konsultan Teknologi Informasi yg disampaikan kepada penulis melalui e-mail beberapa waktu lalu. Nama lengkapnya Kiki Rizki Noviandi yang biasa di sapa akang Kiki bergubung dengan FP2STI ( Forum ) sejak ia masuk menjadi anggota milis pada pertengahan Juli 2006 yang lalu, ?ini semua gara gara mbah google yang menunjukkan saya milis silatbogor ( Silatindonesia sekarang ? Red) ini waktu saya lagi seaching tentang cikalong+sabandar+kari+Madi? katanya singkat. Latarbelakang mengenai dunia pencak silat sudah tidak dapat disangsikan lagi, ia mengenal silat sejak kelas 2 SMP, dan ini berlanjut Sampai menyelesaikan Pendidikan tinggi. dan sepertinya kiki juga sudah mulai gila silat sejak SMP ini. terbukti sejak SMP sering pulang larut malam sampai jam 2 pagi gara-gara ikut latihan silat. ?makanya saya sangat senang sekali bisa lebih banyak mengenal silat tradisional indonesia di forum FP2STI ini dan semakin yakin akan perlunya kita melestarikan budaya yang adi luhung ini. ? tegasnya Menurut pandangan Kiki saat ini bahwa ?saya melihat sudah saatnya kita membangkitkan kembali rasa kecintaan kita pada silat sebagai budaya bangsa, kita tidak akan mungkin bisa melihat dan melestarikan silat tradisional tanpa kita mulai dari sekarang. Sudah berapa banyak aliran yang hilang karena tidak sempat di turunkan oleh para gurunya? nah ini mesti menjadi keprihatinan kita semua. dan salah satu media yang paling tepat adalah forum ini, kita bisa berusaha maksimal apalagi dengan dukungan yang ada seperti sekarang ini untuk bisa lebih optimal melestarikan budaya luhur kita.? Tegas pria kelahiran bandung tahun 1973 ini. Sedangkan Harapan terhadap FP2STI atau Forum agar bisa menjadi central informasi bagi budaya silat tradisional indonesia dan dapat menjadi EO yang baik tanpa mengorbandankan nilai tradisional yang sudah dimiliki oleh aliran yang ada di nusantara. ?FP2STI hendaknya bisa menjadi inkubator bagi aliran tradisional dalam hal kaderisasi, marketing dan pembentukan management aliran/perguruan yang modern sehingga setiap aliran dapat berkembang dan mandiri menjadi perguruan yang diperitungkan.? Ujur Kiki yang saat ini telah memiliki putra berusia 7 Tahun bernama Luqman Maulana Rizki. Kang Kiki mengakui pentingnya perananan teknologi dalam menyebar luasakan informasi yang benar mengenai pencak silat, informasi dan diskusi akan membangkitkan rasa kebersamaan yang kuat. yang menarik dari milis silatindonesia pada waktu itu adalah ketika mulai timbul diskusi tentang pembentukan forum FP2STI yang di gawangi oleh para pendahulu (saya sempet lihat photo-photonya waktu pembentukan forum ini di silatbogor.multiply.com). dan saya kira kita mempunyai fisi yang sama khususnya dalam ke khawatiran akan kurangnya perhatian dan pelestarian pada silat tradisional indonesia khususnya dan silat pada umumnya. ?Dari sini saya mulai aktif posting di silatbogor, postingan pertama saya adalah tentang Kari dan Madi seperti apakah jurusnya? adakah penerus aliran yang paling berpengaruh pada maenpo cikalong ini. dan ini menjadi semakin menarik ketika kita sudah mulai mengadakan latihan di padepokan pencak silat. saya pertama kali ikutan latihan di padepokan bertemu dengan Pak Tb. Bambang dan sempat berlatih Cingkrik (sekali-kalinya :)). kemudian ketika ada pelatihan cikalong pun saya ikutan berlatih dengan teman teman sekaligus memanjangkan silaturahmi (silat kan asal katanya dari silaturahmi.? ujurnya sambil tertawa Kiki cukup aktif berdiskusi mengenai pencak silat ia aktif di kaskus nicknya nagapasa, ia bergabung di kaskus lebih dahulu sebelum bergabung dengan milis silatindonesia, ?postingan saya pertama di kaskus adalah pada thread maenpo. bedanya kaskus dengan silat indonesia, kaskus lebih heterogen dari berbagai disiplin ilmu.? ?pembahasan tentang silat sangat sedikit lebih rame di topik forum supranaturalnya dari pada forum Martial Art. saya juga tidak sangka temen temen di kaskus ternyata aktifis silat indonesia juga. makanya waktu ikutan milis silatindonesia serasa kopi darat deh sama mereka. beberapa teman saya di kaskus adalah kisawung, Beps, Tambaku, Bradlee, Devnull, pendekar muda, Meetos dan masih banyak yang lainnya. yang ternyata mereka itu para penggila silat semua.? Ujurnya sambil mengenang. Pada acara Wisata Silat Kiki dipercaya untuk bertanggung jawab memegang bagian keuangan forum dan Alhamdulilah dapat ia laksanakan dengan baik. Sedangkan dalam upaya pelestarian kiki hanya berpendapat bahwa ?tentunya upaya pelestarian ini tidak gampang, untuk itu perlu sikap netral yang kuat dari forum ini agar tidak terjebak dalam fanatisme aliran atau konflik dari aliran yang hendak kita lestarikan? Ujur kiki mengakhiri pembicaraan kita hari ini. (Elang-YK) www.silatindonesia.com