Maenpo Cianjur1

Lawannya lebih besar dan muda. Tak jadi masalah. Geraknya cepat. Tangannya berkelebat menyerang. Lawan pun jatuh. Tepik sorak dan tepuk tangan langsung bergemuruh di Gedung Kesenian Cianjur pada akhir pekan lalu. Tak sedikit yang berdecak kagum. Gan Ita Sasmita, lelaki tua itu biasa dipanggil. Dia adalah salah satu sesepuh aliran pencak silat Cikalong. Umurnya 84 tahun. Meski uzur, Kalau sudah ulinan (bermain silat berpasangan), langsung keluar lincahnya, kata sesepuh aliran Sahbandar, Memet M. Tohir. Gan Ita menjadi salah satu penampil pada malam gelar seni untuk menyambut rombongan Wisata Silat 2007 dari Komunitas Sahabat Silat (Jakarta) dan tamu Presiden Persekutuan Silat Antarbangsa Eddie Nalapraya.
Tujuan dari wisata silat ini adalah untuk menggali kembali kekayaan budaya pencak silat tradisional di Cianjur, ujar aktivis komunitas, Ki Sawung. Cianjur memang terkenal kaya warisan budaya pencak silat. Menurut Bupati Tjetjep Muchtar Soleh, pencak silat, atau maenpo dalam bahasa Sunda, adalah budaya yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Cianjur. Sebagian menyebutnya amengan atau ulinan, katanya. Keseluruhan warisan budaya ini sudah berlangsung lama ketika Cianjur menjadi salah satu pusat kebudayaan dan peradaban di tatar Sunda pada zaman dulu.
Kota yang berada di ketinggian sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut itu didirikan oleh Raden Aria Wiratanu Datar, putra dari Raden Arya Wangsa Goparana, keturunan penguasa Kerajaan Talaga. Aria Wiratanu Datar lantas mendirikan kerajaan di Cianjur yang mandiri atau tidak berada di bawah Batavia (Belanda) ataupun Mataram, Banten, dan Cirebon. Belanda pun mengakui eksistensi negeri Cianjur. Buktinya, Gubernur Jenderal Cornelis Speelman mengundang Raja Cianjur untuk menghadiri serah-terima jabatan gubernur jenderal. Arya Wiratanu Datar wafat pada 1691 dan dimakamkan di Cikundul. Salah seorang keturunan Arya Wiratanu, Raden Djaja Perbata atau Haji Ibrahim, menciptakan aliran silat baru setelah melakukan khalwat (mengasingkan diri) di sebuah gua di Kampung Jilebut di tepi Sungai Cikundul Leutik di wilayah Cikalong Kulon. Sebelum menyempurnakan gerakannya, Haji Ibrahim sempat berguru pada beberapa orang, terutama Bang Kari dan Bang Madi dari Betawi. Aliran silat ini kemudian disebut Cikalong. Pada masa yang sama, ada tokoh silat yang juga memiliki bela diri yang istimewa. Dia adalah Muhammad Kosim, seorang perantau dari Pagaruyung, Sumatera Barat. Dia tinggal di Kampung Sabandar, Cianjur. Haji Ibrahim kala itu mendapati bahwa beberapa muridnya juga belajar pada Mamak (sebutan untuk orang tua di Sunda) Kosim, yang kemudian dikenal dengan sebutan Mamak Sabandar.
Kedua pendekar besar tersebut akhirnya bertemu. Keduanya pun mengakui keunggulan masing masing. Kesimpulannya, mereka tidak bisa saling mengalahkan. Karena generasi kedua aliran Cikalong banyak belajar kepada Mamak Sabandar, gaya Cikalong otomatis dipengaruhi oleh aliran Sabandar ini. Semuanya terpengaruh oleh katumanan (kebiasaan yang baku), lampah (gerak langkah), dan tabeat (pembawaan sifat) Sabandar, kata sesepuh Sabandar, Pepen Effendi. Itu sebabnya karakter aliran yang ada di Cianjur dipastikan mengikuti kaidah dua guru utama Cikalong, yakni Madi dan Kari, ditambah dengan Sabandar.
Sabandar mengalirkan tenaga lawan dengan menggunakan gerakan dasar, Madi digunakan membendung tenaga lawan lewat gerakan yang terlatih, sedangkan Kari adalah untuk melumpuhkan lawan dengan menyerang titik kelemahan tubuh, ujar Pepen. Secara geografis, ada tiga tempat utama penyebaran aliran maenpo di Cianjur. Cikalong banyak dipelajari dan dikembangkan di Pasar Baru Cianjur.
Sabandar lebih banyak digandrungi di Bojong Herang. Cikaret merupakan tempat aliran Kari berkembang. Aliran Kari Cikaret dikembangkan oleh Aa Oha dan saudaranya, Aa Aman. Walaupun dipengaruhi oleh Cikalong dan jurus lima Sabandar, Cikaret menitikberatkan pada permainan Kari atau perpeuhan (pukulan). Karena itu, sedikit berbeda dengan aliran lain yang lembut, jurus-jurus Cikaret justru sangat keras dan cepat, ujar Wak Dudun, sesepuh Cikaret. Sampai saat ini perkembangan ketiga aliran di Cianjur itu masih terjaga dengan baik di lingkungan pusatnya masing-masing. Meski begitu, para sesepuh mulai prihatin.
Sebab, sedikit generasi muda yang menaruh perhatian terhadap silat tradisional ini. Walau pencak silat diajarkan di tingkat sekolah dasar, setelah dewasa, banyak dari mereka yang tidak lagi berminat untuk mempelajari pencak silat. Jika saja suatu saat generasi sepuh seperti Gan Ita Sasmita sudah tiada, entah siapa lagi yang akan melestarikan budaya asli Cianjur ini.posted by Perguruan Pencak Silat BEKSI

Aliran Pencak Silat (maenpo) Sabandar


Melumpuhkan dengan Rasa Pesilat Sabandar tidak hanya mengandalkan kecepatan dan kekuatan dalam perkelahian. MAENPO SABANDAR Tubuhnya tampak ringkih. Punggungnya sedikit melengkung. Saat berjalan, langkahnya tertatih. Secara fisik, Wak Entir, 92 tahun, memang memprihatinkan. Ditambah lagi hanya sebelah matanya yang melek. Pendengarannya pun sudah sangat berkurang. Tapi, kalau sudah diajak sparing tempelan, Tenaganya langsung bangkit. Lawan yang lebih muda dijamin kerepotan, kata R. Memet Muhammad Tohir, sesepuh maenpo Sabandar. Adapun Wak Entir adalah sesepuh maenpo (sebutan orang Sunda untuk pencak silat) Cianjur aliran Sabandar. Sabandar adalah salah satu aliran pencak silat di Cianjur yang diperkenalkan oleh Muhammad Kosim (1776-1880). Ia adalah seorang pendekar dari Pagaruyung, Sumatera Barat, yang berkelana ke Pulau Jawa. Kosim muda sempat tinggal di Jakarta sebelum melangkahkan kaki ke Kampung Sabandar, Cianjur, untuk menetap di sana. Aliran silat yang ia bawa ini kemudian dinamai sesuai dengan kampung tempatnya bermukim. Menurut Memet, pada saat itu di Cianjur sudah ada aliran silat yang cukup terkenal, yakni Cikalong, yang diciptakan oleh R. H. Ibrahim. Aliran silat ini banyak dipelajari oleh kaum menak atau bangsawan setempat. Salah satu murid Ibrahim, yakni R. H. Enoh, kemudian juga berguru kepada Mamak (panggilan orang tua di Sunda) Kosim. Langkah Enoh ini diikuti oleh beberapa murid Ibrahim lainnya secara diam-diam. Meski begitu, Ibrahim akhirnya mengetahui bahwa beberapa muridnya ternyata juga berguru kepada seseorang yang ia tak kenal. Lantas, karena penasaran, ia berkunjung ke Kampung Sabandar untuk menemui Mamak Kosim. Di sana, kedua pendekar tersebut sepakat menjajal ilmu masing-masing. Namun, begitu tangan keduanya menempel, Mamak Kosim terkejut. Ia tahu ilmu Ibrahim sungguh hebat. Hal serupa dirasakan Ibrahim. Kalau saya yang menyerang duluan, pasti saya terluka. Kalau Anda yang mencoba menyerang, pasti Anda yang terluka, kata Ibrahim kepada Mamak Kosim, seperti diceritakan kembali oleh Memet. Keduanya lalu hanya berdiam diri. Tak ada yang berani memulai serangan. Lebih baik kita akhiri saja sebelum ada yang terluka, kata Mamak Kosim. Ibrahim setuju dan keduanya pun berjabat tangan. Ilmu pencak silat Sabandar akhirnya berkembang secara pesat, terutama di kalangan menak atau bangsawan lokal dan kelompok tarekat serta pesantren-pesantren di daerah Cianjur. Salah satu murid Mamak Kosim adalah Ajengan Cirata. Ketika hendak pindah ke Purwakarta, ia meminta Mamak Kosim ikut serta. Beliau setuju dan menetap di Purwakarta hingga akhir hayat. Meski Mamak Kosim sudah tiada, murid-muridnya tetap melanjutkan penyebaran ilmu pencak silat ini di Cianjur. Kini aliran Sabandar banyak ditemui di wilayah Bojongherang dan Cikaret sebagai pusat perguruan. Karena generasi kedua aliran ini juga belajar Cikalong, gaya kedua aliran akhirnya saling mempengaruhi. Persamaan keduanya adalah menitikberatkan pada rasa, kata Pepen Effendi, sesepuh Sabandar. Rasa bisa diterjemahkan sebagai upaya mendasarkan dan menyesuaikan sirkulasi pergerakan dengan kekuatan lawan. Dengan rasa, pesilat Sabandar tidak hanya mengandalkan kecepatan dan kekuatan dalam perkelahian, tapi juga sensitivitas fisik sehingga mampu membaca arah gerakan atau serangan musuh dan menggunakan kekuatan atau energi yang pas untuk mengantisipasi serangan tersebut. Ada dua jenis rasa. Yang pertama adalah rasa antel, yang dipelajari dengan berlatih tempelan, yakni latihan pergerakan tangan berpasangan atau sparing. Yang kedua adalah rasa anggang, yang merupakan kemampuan mendeteksi Karakter khas Sabandar lainnya adalah titimbangan, yang berarti keseimbangan. Maknanya bahwa pesilat Sabandar menitikberatkan usahanya untuk mencari keseimbangan tubuh yang tepat. Pada saat bersamaan merusak keseimbangan lawan dengan memanfaatkan tenaganya, kata Pepen. Untuk mampu menguasai titimbangan dengan baik, pesilat Sabandar harus mempelajari kaidah leleus atau melemaskan dan menghaluskan gerak tubuh. Tujuannya agar lawan yang dihadapi tidak menyadari kekuatan dan, Memancing musuh untuk mengeluarkan kekuatannya, kata Cece Sumantri, sesepuh Sabandar. Pada saat musuh mengeluarkan tenaganya itulah pesilat Sabandar melakukan elakan halus yang membuat serangan lawan menemui tempat kosong. Konsep inilah yang disebut 'leungit' atau menghilang. Artinya serangan lawan yang terpancing dengan energi penuh hanya menemui tempat kosong, katanya. Ketika itulah pesilat Sabandar menyerang dengan memanfaatkan tenaga lawan yang sudah habis tersebut untuk menyerang dan melumpuhkan lawan, yang disebut tungtung gerak. Jika ada seorang kakek di Cianjur dan terlihat renta, jangan sesekali mengusiknya. Siapa tahu sang kakek ternyata adalah sesepuh Sabandar yang tampak ringkih, tapi ketika diajak sparing tempelan langsung membuat Anda tersungkur. sumber: www.silatindonesia.com

Latihan Gabungan Pencak Silat se-Kota Batam


Sekitar 300 pesilat anak-anak, remaja dan dewasa dari berbagai perguruan pencak silat berkumpul di lapangan Engku Puteri Batam Centre kemarin Minggu (01/06/2008) jam 07.00 WIB. Dengan mengenakan pakaian seragam pencak silat masing-masing perguruan yang beraneka ragam, dengan kompak mereka bersama-sama melakukan stratching dan pemanasan yang dipandu oleh Ricky Mendoza, Ketua Bidang Pembinaan Atlet Pengcab Perisai Diri Batam. Kemudian seluruh pesilat jogging bersama dengan berbaris rapi berjalan menyusuri jalan raya di sekitar kawasan kantor Pemko Batam. Latihan gabungan ini kami agendakan untuk dilaksanakan sebulan sekali, yaitu setiap hari minggu pagi pada minggu pertama, dan ini adalah yang pertama kalinya. Kali ini yang hadir ada tujuh perguruan, yaitu Perisai Diri, Tapak Suci, Bintang Surya, Pagar Nusa, Himssi, Setia Hati Organisasi dan Talago Biru. Perguruan lainnya yang belum dapat bergabung kali ini, kami harapkan dapat bergabung dalam latihan gabungan bulan depan. Informasi yang kami dapatkan dari Pengcab IPSI Batam, di Kota Batam ini ada 24 perguruan pencak silat yang terdaftar secara resmi, papar Agus Winarno, Sekretaris Pengcab Perisai Diri Batam. Setelah jalan bersama keliling Batam Centre, para pesilat mendapat pelatihan rangkaian teknik Jurus Tunggal Baku yang dipandu oleh Edi Priono, Ketua Umum Pengcab Bintang Surya Batam. Jurus Tunggal Baku ini merupakan gerakan wajib yang dipakai dalam pertandingan pencak silat kategori tunggal yang dahulu disebut kategori seni tunggal atau wiragana. Untuk tahap awal diberikan rangkaian gerak tangan kosong. Untuk tahap berikutnya nanti bagi pesilat yang berpotensi untuk menjadi atlet kategori tunggal akan diberikan juga rangkaian gerak bersenjata golok dan toya. Kegiatan dilanjutkan dengan latih tanding bagi kader atlet yang dipandu oleh Rendra Topan, Sekretaris Pimda Tapak Suci Batam. Dalam latih tanding ini, pesilat berhadapan dengan pasangannya dari perguruan lain. Selain uji coba para atlet, latih tanding ini juga dijadikan sebagai sarana pembibitan atlet dalam rangka regenerasi dan kaderisasi atlet-atlet pencak silat yang diharapkan akan dapat menambah deretan prestasi Kota Batam di bidang olahraga, terutama untuk pesilat anak-anak dan remaja. Dari antusias para peserta yang hadir terlihat bahwa Kota Batam memiliki banyak potensi atlet yang perlu pembinaan lebih lanjut. Seusai latihan, para pengurus dan pelatih dari berbagai perguruan pencak silat yang hadir berkumpul untuk mengadakan diskusi dan sarasehan. Salah satu hal yang menjadi pembahasan yaitu mengenai agenda latihan gabungan bulan depan. Setelah pertemuan pertama yang koordinatornya dari Perisai Diri ini, pertemuan bulan depan yang menjadi koordinator adalah Pagar Nusa. Selama ini biasanya para pesilat dari berbagai perguruan pencak silat bertemu dalam even pertandingan. Kami berinisiatif untuk mengumpulkan mereka bukan dalam nuansa persaingan jual beli pukulan di arena, tapi dalam nuansa kebersamaan dan persahabatan, yaitu dengan kegiatan latihan gabungan seperti ini, jelas Agus Winarno, Sekretaris Pengcab Perisai Diri Batam. Ide dan gagasan latihan bersama ini sebelumnya telah dicetuskan dalam pertemuan silaturahmi beberapa pengurus dan pelatih perguruan pencak silat di lingkungan Kota Batam yang diadakan di Sekretariat Pengcab Perisai Diri Batam pada tanggal 30 Maret 2008. Kemudian Agus menyampaikan rencana kegiatan ini secara informal dalam website Wakil Walikota Batam dan langsung mendapat respon positif. Pak Ria Saptarika melalui website-nya merespon bahwa beliau mendukung kegiatan ini. Beliau setuju dan berpesan bahwa pencak silat harus dilestarikan. Dan sesuai saran dari beliau, agar tidak bentrok jadwal kegiatan di lapangan Engku Puteri, maka kami membuat surat pemberitahuan ke Bagian Umum Pemko Batam dan sudah mendapatkan surat izin, ujar Agus. Menurut Agus, latihan gabungan seperti ini diharapkan dapat menjadi sarana menjaga keharmonisan dan silaturahmi antar perguruan pencak silat sehingga menambah citra baik pencak silat sebagai olahraga seni beladiri warisan luhur budaya bangsa Indonesia. Selain itu diharapkan kegiatan ini dapat menarik minat masyarakat, terutama generasi muda, untuk mencintai dan melestarikan pencak silat sebagai salah satu kekayaan budaya asli bangsa Indonesia. Di akhir acara, Agus kembali menginformasikan bahwa seluruh perguruan pencak silat di Kota Batam, terutama yang belum dapat hadir kali ini, dipersilahkan untuk bergabung dalam latihan gabungan selanjutnya. Untuk melihat foto dokumentasi kegiatan ini silahkan lihat di http://bungasepasang.multiply.com/photos/album/25/Latgab_Pencak_Silat_Batam_Juni_2008www.silatindonesia.com

Central informasi silat tradisional Indonesia


Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional (FP2STI) akan menjadi Central informasi bagi budaya silat tradisional Indonesia, demikianlah ujur pria yang sehari-hari bekerja sebagai konsultan Teknologi Informasi yg disampaikan kepada penulis melalui e-mail beberapa waktu lalu. Nama lengkapnya Kiki Rizki Noviandi yang biasa di sapa akang Kiki bergubung dengan FP2STI ( Forum ) sejak ia masuk menjadi anggota milis pada pertengahan Juli 2006 yang lalu, ?ini semua gara gara mbah google yang menunjukkan saya milis silatbogor ( Silatindonesia sekarang ? Red) ini waktu saya lagi seaching tentang cikalong+sabandar+kari+Madi? katanya singkat. Latarbelakang mengenai dunia pencak silat sudah tidak dapat disangsikan lagi, ia mengenal silat sejak kelas 2 SMP, dan ini berlanjut Sampai menyelesaikan Pendidikan tinggi. dan sepertinya kiki juga sudah mulai gila silat sejak SMP ini. terbukti sejak SMP sering pulang larut malam sampai jam 2 pagi gara-gara ikut latihan silat. ?makanya saya sangat senang sekali bisa lebih banyak mengenal silat tradisional indonesia di forum FP2STI ini dan semakin yakin akan perlunya kita melestarikan budaya yang adi luhung ini. ? tegasnya Menurut pandangan Kiki saat ini bahwa ?saya melihat sudah saatnya kita membangkitkan kembali rasa kecintaan kita pada silat sebagai budaya bangsa, kita tidak akan mungkin bisa melihat dan melestarikan silat tradisional tanpa kita mulai dari sekarang. Sudah berapa banyak aliran yang hilang karena tidak sempat di turunkan oleh para gurunya? nah ini mesti menjadi keprihatinan kita semua. dan salah satu media yang paling tepat adalah forum ini, kita bisa berusaha maksimal apalagi dengan dukungan yang ada seperti sekarang ini untuk bisa lebih optimal melestarikan budaya luhur kita.? Tegas pria kelahiran bandung tahun 1973 ini. Sedangkan Harapan terhadap FP2STI atau Forum agar bisa menjadi central informasi bagi budaya silat tradisional indonesia dan dapat menjadi EO yang baik tanpa mengorbandankan nilai tradisional yang sudah dimiliki oleh aliran yang ada di nusantara. ?FP2STI hendaknya bisa menjadi inkubator bagi aliran tradisional dalam hal kaderisasi, marketing dan pembentukan management aliran/perguruan yang modern sehingga setiap aliran dapat berkembang dan mandiri menjadi perguruan yang diperitungkan.? Ujur Kiki yang saat ini telah memiliki putra berusia 7 Tahun bernama Luqman Maulana Rizki. Kang Kiki mengakui pentingnya perananan teknologi dalam menyebar luasakan informasi yang benar mengenai pencak silat, informasi dan diskusi akan membangkitkan rasa kebersamaan yang kuat. yang menarik dari milis silatindonesia pada waktu itu adalah ketika mulai timbul diskusi tentang pembentukan forum FP2STI yang di gawangi oleh para pendahulu (saya sempet lihat photo-photonya waktu pembentukan forum ini di silatbogor.multiply.com). dan saya kira kita mempunyai fisi yang sama khususnya dalam ke khawatiran akan kurangnya perhatian dan pelestarian pada silat tradisional indonesia khususnya dan silat pada umumnya. ?Dari sini saya mulai aktif posting di silatbogor, postingan pertama saya adalah tentang Kari dan Madi seperti apakah jurusnya? adakah penerus aliran yang paling berpengaruh pada maenpo cikalong ini. dan ini menjadi semakin menarik ketika kita sudah mulai mengadakan latihan di padepokan pencak silat. saya pertama kali ikutan latihan di padepokan bertemu dengan Pak Tb. Bambang dan sempat berlatih Cingkrik (sekali-kalinya :)). kemudian ketika ada pelatihan cikalong pun saya ikutan berlatih dengan teman teman sekaligus memanjangkan silaturahmi (silat kan asal katanya dari silaturahmi.? ujurnya sambil tertawa Kiki cukup aktif berdiskusi mengenai pencak silat ia aktif di kaskus nicknya nagapasa, ia bergabung di kaskus lebih dahulu sebelum bergabung dengan milis silatindonesia, ?postingan saya pertama di kaskus adalah pada thread maenpo. bedanya kaskus dengan silat indonesia, kaskus lebih heterogen dari berbagai disiplin ilmu.? ?pembahasan tentang silat sangat sedikit lebih rame di topik forum supranaturalnya dari pada forum Martial Art. saya juga tidak sangka temen temen di kaskus ternyata aktifis silat indonesia juga. makanya waktu ikutan milis silatindonesia serasa kopi darat deh sama mereka. beberapa teman saya di kaskus adalah kisawung, Beps, Tambaku, Bradlee, Devnull, pendekar muda, Meetos dan masih banyak yang lainnya. yang ternyata mereka itu para penggila silat semua.? Ujurnya sambil mengenang. Pada acara Wisata Silat Kiki dipercaya untuk bertanggung jawab memegang bagian keuangan forum dan Alhamdulilah dapat ia laksanakan dengan baik. Sedangkan dalam upaya pelestarian kiki hanya berpendapat bahwa ?tentunya upaya pelestarian ini tidak gampang, untuk itu perlu sikap netral yang kuat dari forum ini agar tidak terjebak dalam fanatisme aliran atau konflik dari aliran yang hendak kita lestarikan? Ujur kiki mengakhiri pembicaraan kita hari ini. (Elang-YK) www.silatindonesia.com